Penerapan Metoda NAS Pada Proyek Konstruksi

Pelaksanaan pembangunan konstruksi terutama konstruksi berskala besar perlu adanya suatu manajemen konstruksi. Dengan penerapan manejemen konstruksi maka waktu yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi dapat digunakan semaksimal mungkin Dan sesuai dengan shedule yAng telah direncanakan.
Oleh karena itu salah satu yang metoda yang digunakan dalam menejemen konstruksi yaitu  metoda  Network Analysis System ( NAS ). Penerapan metoda Network Analysis System ( NAS )  pada proyek-proyek konstruksi terutama proyek yang didalam pelaksanaan memerlukan manejemen sehingga dari segi waktu dapat selesai sesuai kontrak kerja dan dapat menghemat dari segi biaya konstruksi.

Network Analisis System pada proyek konstruksi
Metoda Network Analysis System ( NAS ) sebagai alat menejemen yang dilaksanakan pada proyek konstruksi harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Kemudahan dalam Menghitung dan Menggambar diagram, sehingga metoda Network Analysis System ( NAS ) yang dipakai dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam analisa.
2. Fleksibilitas didalam menganimasi keadaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan termasuk batasan-batasan yang ada. Hal ini dimaksudkan supaya model strategi pelaksanaan konstruksi yang akan dibuat dalam bentuk Network Analysis System ( NAS ) betul-betul merefleksi keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
3. Kemudahan dan Dimengerti oleh personil-personil yang terlibat didalam pelaksanaan konstruksi, sehingga analiusa yang duilaksanakan dapat diikuti oleh personil-personil dari berbagai macam disiplin ilmu.

 Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka prosedur Network Analysis System ( NAS ) yang digunakan adalah prosedur Critical Path Method ( CPM ). Pada artikel sebelumnya telah dijelas tentang Critical Path Method ( CPM ).
-------------------------------------------------------------
Baca artikel :   Critical Path Method ( CPM )
-----------------------------------------------------------
Dari dua macam prosedur Critical Path Method ( CPM ) yaitu Arrow Diagram Method ( ADM ) dan Precedence Diagram Method ( PDM ), dibuat perbandingan dari penjelasan  kriteria-kriteria diatas. Penjelasan perbandingan sebagai berikut :
1.Kemudahan dalam menghitung
Kedua metoda yaitu baik  metoda Precedence Diagram Method (PDM) dan Arrow Diagram Method (ADM) sebetulnya mempunyai metoda perhitungan yang sama. Apalagi digunakan menggunakan sarana komputer untuk menghitungnya.

2.Kemudahan dalam menggambar diagram
Dalam penerapan metoda NAS pada suatu pekerjaan diperlukan kecepatan untuk mengupdate kemajuan pekerjaan atau perubahan strategi pelaksanaan pekerjaan. Proses ini dituntut untuk dilaksanakan dengan cepat sehingga setiap perubahan atau kemajuan pekerjaan selalu dapat diikuti. Untuk itu dalam penerapan metoda Nas perlu adanya kemudahan dalam menggambat diagram.

3.Fleksibilitas dalam menganimasi
Salah satu faktor fleksibilitas adalah kemudahan dalam merubah diagram dan kesesuaian kaitan ketergantungan antar kegiatan dalam menganimasi keadaan yang sebenarnya.  Dalam hal ini metoda Arrow Diagram Method ( ADM ) mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi karena kemudahannya untuk diubah-ubah.

4.Kemudahan untuk dimengerti
Biasanya pemakaian metoda PDM atau ADM tergantung dari pengetahuan dasar pemakainya di dalam suatu pekerjaan. Metoda Arrow Diagram Method (ADM) lebih rumit gambarnya dibandingkan dengan Precedence Diagram Method (PDM), dikarenakan banyak kegiatan dummy. Pada metoda Precedence Diagram Method (PDM), diagram lebih mudah untuk dimengerti karena konektor ( panah ketergantungan ) sudah menyatakan secara langsung hubungan antar kegiatan.

Kesimpulan dari penjelasan kriteria diatas adalah bahwa metoda Precedence Diagram Method ( PDM ) lebih sesuai untuk digunakan apabila dalam suatu pekerjaan sering terjadi up-dating maupun perubahan kaitan ketergantungan antar kegiatan. Apabila pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak banyak mengalami perubahan kaitan ketergantungan dan frekuensi up-dating tidak selalu sering terjadi, maka dapat digunakan metoda Arrow Diagram Method (ADM) dengan dikombinasikan dengan sistem barchart.

Demikianlah penjelasan tentang penerapan metoda Network Analisis System (NAS) pada proyek konstruksi. Semoga artikel ini bisa menjadi referensi bagi kita. Sekian.

Baca Artikel...

Metoda Pemasangan Jembatan Rangka

Pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka merupakan suatu langka pertama yang perlu diperhatikan dengan serius dan telitih, karena ini menyangkut kelangsungan lancarnya roda pelaksanaan pemasangan rangka jembatan, apakah pemasangan tersebut ccocok dengan sistem yang telah di pilih disesuaikan dengan keadaan alam pada lokasi proyek tersebut.

Pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka
Pada umumnya metoda pemasangan jembatan rangka baja terdiri dari :
1.Metoda pemasangan perancah penuh
2.Metoda pemasangan Cantilever
3.Metoda pemasangan Semi Cantilever (gabungan perancah dan Cantilever)
4.Metoda pemasangan Peluncuran

Dalam pemilihan metoda pemasangan seperti pemasangan dengan perancah penuh, cantilever, semi cantilever dan peluncuran, tentunya perlu melihat beberapa alternatif dari kondisi sungai dimana akan dibangun jembatan rangka tersebut.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pada waktu menentukan cara pemasangan jembatan rangka, yaitu :
1. Kondisi sungai dimana akan dibangun jembatan, data yang harus dikumpulkan yaitu lebar sungai, aliran sungai berarus deras, kedalam sungai, apakah sungai mengandung batu karang, berpasir, berlumpur dan sebagainya.
2. Akses jalan atau daerah menuju sekitar jembatan, lurus, rata, berkelok, miring, tingi, rendah, berada dalam galian, apakah diatas suatu tumbunan dan sebagainya.
3. Tenaga kerja, peralatan dan sumber-sumber setempat dalam daerah yang bersangkutan apah tersediah.
4. Akses untuk mencapai ke lokasi dimana akan dibangun jembatan untuk pengangkutan material, bahan dan peralatan, apakah ditempuh lewat darat, sungai atau udara.

 Kriteria-kriteria sebagai bahan pertimbangan pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka baja antara lain :
1.Metoda Pemasangan Perancah Penuh
Sistem Perancah Penuh sesuai dengan kondisi sungai sebagai berikut:
a. Mempunyai dasar berpasir atau terdiri dari lempung, hal ini akan memudahkan pemasangan alat penyangga.
b. Dangkal, keadaan ini akan membatasi ukuran tinggi bahan penyangga itu sendiri.
c. Struktur bagian bawah jembatan itu tidak terlalu tinggi diatas air yang tinggi, hal ini akan membatasi ukuran tinggi dari bahan penyangga itu sampai seminimal mungkin.
d. Mempunyai arus deras, hal ini akan mengurangi gaya-gaya mendatar terhadap penyangga tersebut.
e. Bebas dari benda-benda hayutan, hal ini akan menjaga kemungkinan perancah tidak rusak dan ambruk.

2.Metoda Pemasangan Cantilever
Sistem Perancah Penuh sesuai dengan kondisi sungai sebagai berikut:
a. Mempunyai dasar lumpur yang dalam, diperlukan bahan-bahan yang panjang (tinggi) serta kemungkinan amblas
b. Dasar sungai yang mempunyai bongkahan batu yang besar-besar.
c. Mempunyai arus deras, bahan-bahan penyangga harus dapat menahan gaya yang besar yang dapat menyebabkan penyangga roboh.
d. Jembatan berada pada sungai-sungai yang sempit tetapi dalam, sehingga diperlukan penyangga yang tinggi.

3. Metoda Pemasangan Semi Cantilever
Metoda Semi cantilever memerlukan syarat dengan kondisi sungai gabungan metoda 1 dan 2.

4.    Metoda Pemasangan Peluncuran ( Launching System)
Metoda dengan peluncuran penuh tidak memerlukan kondisi sungai yang mempunyai syarat seperti pada metoda Perancah dan Cantilever, tetapi dalam pelaksanaannya metoda ini memerlukan area atau lokasi jalan yang lurus dan panjang karena jembatan rangka tersebut harus dirakit didaratan, baik rangka permanen maupun rangka sebagai pemberat ( Counter Weigh ) yang kemudian ditarik atau didorong menyebrang sungai pada as jalan yang telah ditentukan. Sistem ini boleh dikatakan tidak digunakan dikarenakan dari segi biaya terlalu mahal dimana diperlukan suatu landasan beriupa jalur rel yang dibuat dari beton serta perlunya pemadatan tanah untuk pondasi landasan tersebut.
Demikianlah penjelasan mengenai metoda pemasangan jembatan rangka. Semoga artikel ini dapat menjadi referensi kita semua.
Baca Artikel...

Critical Path Method ( CPM )

Network Analysis System ( NAS ) merupakan alat manejemen yang harus digunakan oleh manejemen untuk menghasilkan suatu mekanisme manejemen tertentu guna tercapainya sasaran yang telah ditentukan. Sebelumnya telah dibahas bahwa Network Analysis System ( NAS ) diklasifikasikan menjadi dua macam prosedur (baca artikel : Teori Network Analysis System - NAS ).
Teori Critical Path Method pada pekerjaan pelaksanaan konstruksi
Pada kesempatan ini metoda Network Analysis System ( NAS ) yang akan disajikan yaitu metoda Critical Path Method ( CPM ).
Metoda Critical Path Method - CPM dibagi menjadi dua macam prosedur yaitu :
1.ADM – Arrow Diagram Method
2.PDM – Precedence Diagram Method



I. ADM – Arrow Diagram Method
Prosedur ini merupakan Network Analysis System ( NAS ) dimana rangkain-rangkain kegiatan digambarkan dengan rangkain panah-panah dan nodal-nodal. (Lihat gambar 1).


Arrow diagram method merupakan network analysis system dimana rangkaian kegiatan digambarkan dengan panah-panah

Dari gambar .1 diatas dapat dilihat rangkaian-rangkaian kegiatan A, B dan C dimana menyatakan jenis kegiatan tersebut saling tergantung satu sama lain. Penjelasan rangkaian kegiatan  ADM adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan B dan kegiatan C baru dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.
b. Kegiatan A dimulai dari nodal No. 1 dan selesai pada nodal nomor 2
c. Kegiatan B dimulai dari nodal No. 2 dan selesai pada nodal No. 3
d. Kegiatan C dimulai pada nodal No.2 dan selesai pada nodal No.4
Metoda perhitungan yang dipakai pada ADM sama dengan metoda perhitungan PDM dengan panah ketergantungan atau konektor Finish to Start.

 II. PDM – Precedence Diagram Method
Prosedur Precedence Diagram Method merupakan Network Analysis System dimana rangkaian-rangkaian kegiatannya digambarkan dengan konektor atau panah ketergantungan dan kotak kegiatan. Lihat gambar 2.

Precedence diagram method - PDM merupakan network analysis system dimana rangkaian kegiatan digambarkan dengan konektor dan kotak kegiatan

Penjelasan dari gambar 2 adalah sebagai berikut :
1.Kegiatan B dan kegiatan C baru dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.
2.Panah ketergantungan atau konektor 1 mempunyai arti bahwa kegiatan B baru dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.
3.Konektor 2 artinya bahwa kegiatan C baru dapat dilakukan setelah kegiatan A selesai.




Demikianlah penjelasan tentang teori Critical Path Method ( CPM ) yang merupakan salah satu network analysis system. Semoga bermanfaat. Terimah kasih.
Baca Artikel...

Elemen-elemen jembatan rangka baja

Secara umum jembatan dibedahkan menjadi dua bagian yaitu Bangunan Atas dan Bangunan Bawah. Kedua bagian jembatan ini merupakan satu kesatuan yang bekerja secara bersama-sama walaupun mempunyai fungsi yangberbeda.

jembatan terdiri dari bangunan atas dan bangunan bawah
Bangunan atas pada jembatan merupakan elemen yang membentang antara pilar ke pilar dan kepala jembatan. banguan Atas jembatan akan menerima langsung beban dari kendaraan dan pejalan kaki yang melewatinya dan kemudian beban tersebut akan menyalurkannya ke bawah melalui landasan atau perletakan. 


Bangunan Bawah jembatan merupakan bangunan yang akan memikul beban-beban dari bangunan atas jembatan,  beban akibat berat sendiri yang kemudian beban tadi akan di teruskan oleh pondasi ketanah dasar.

Elemen-elemen yang termasuk dalam bangunan bawah jembatan antara lain :
1. Pondasi
Pondasi merupakan suatu konstruksi pada bagian struktur atau bangunan, dimana berfungsi meneruskan beban dari bangunan atas ke lapisan tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah dan penurunan ( settlement ) tanah yang berlebihan.
2. Abutmen 
Abutmen merupakan bagian dari bangunan bawah jembatan yang  terdapat pada ujung bentang jembatan dan berfungsi sebagai dudukan dari jembatan dan sebagai tembok penahan tanah pada oprit jembatan.
3. Pilar
Pilar jembatan merupakan konstruksi pemikul yang terletak diantara kedua abutmen jembatan dan berfungsi untuk mengalirkan beban dari bangunan atas kepada pondasi dibawahnya.

SISTEM LANTAI KENDARAAN

Sistem lantai Kendaraan adalah konstruksi jalur lalu lintas dan bagian-bagian pemikulnya, yang meneruskan beban kepada konstruksi utamanya.
sistem lantai kendaraan dibagi dalam beberapa bagian antara lain :
1. Lantai Kendaraan
lanati kendaraan pada jembatan merupakan tempat dimana beban lalu lintas diterima dan diteruskan ke bangunan bawah jembatan. Lapisan atas lantai kendaraan umumnya adalah beton dan aspal yang fungsinya adalah untuk melindungi dari kemungkinan aus.
2. Gelegar Memanjang Jembatan
Lantai kendaraan jembatan dipikul oleh gelegar memanjang yang terletak searah dengan bentang jembatan. Sebagai pemikul beban kendaraan, gelegar memanjang jembatan dimanfaatkan sebagai konstruksi pengikat lantai kendaraan itu sendiri.
3. Gelegar Melinatng Jembatan
gelegar Melinatng Jembatan berguna untuk menahan beban mati dan beban hidup dari kendaraan yang melalui jembatan dan menyalurkannya ke gelegar induk. Selain itu juga Gelegar melintang jembatan berfungsi sebagai pengaku konstruksi dari pelipatan pada arah sejajar dengan sumbu jembatan serta berguna untuk menghindari pelipatan yang mungkin terjadi pada gelegar utamanya apabila pada saat jembatan dilalui oleh kendaraan berat.
Oleh karena itulah, hubungan anatara gelegar utama dengan gelegar melintang selalu dibuat sekaku mungkin untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang.

GELEGAR UTAMA JEMBATAN

Gelegar Utama Jembatan merupakan konstruksi utama yang menerima semua beban yang bekerja pada jembatan dan disalurkan memanjang searah dengan bentang jembatan. Konstruksi atas jembatan sangat tergantung pada baik tidaknya suatu gelegar utama menerima beban yang dilimpahkan kepadanya.

PERLETAKAN/LANDASAN ( BEARING PAD )

Perletakan/landasan ( Bearing Pad) adalah elemen jembatan yang berfungsi untuk meneruskan dan menyebarkan beban kebangunan bawah jembatan. Perletakan/Landasan harus mampu mengatasi :
1 Tekanan Tinggi
2.susut dan muai akibat perubahan temperatur
3. Efek getaran akibat beban hidup
4. Pengaruh dari lendutan rangka jembatan
Bearing pad jembatan rangka baja terbuat dari karet didalamnya berisi kepingan baja
Perletakan/landasan (Bearing) terbuat dari karet yang didalamnnya berisi kepingan-kepingan baja dengan ketebalan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

IKATAN ANGIN ( BRANCING )

Jembatan merupakan struktur ruang yang tidak saja menerima beban-beban vertikal yang kemudian diteruskan ke bangunan bawah tetapi juga menahan gaya-gaya lateral dan longitudinal yang disebabkan oleh angin dan gaya rem.
ikatan angin berfungsi untuk memberikan kekakuan pada jembatan

Untuk mendapatkan kekakuan pada jembatan pada arah melintang dan menjaga torsi maka diperlukan adanya ikatan-ikatan angin tersebut. Ikatan angin pada jembatan berfungsi untuk memberi kekakuan pada jembatan dan meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir.

Sekian artikel tentang elemen-elemen pada jembatan rangka baja. Semoga bermanfaat.
Baca Artikel...

Teori Network Analysis System ( NAS )

Network Analysis System ( NAS ) merupakan alat manajemen konstruksi. Metoda Network Analysis System ( NAS ) pertama-tama digunakan oleh Pemerintah Inggris pada masa perang dunia ke II dalam memproduksi pesawat terbang secara besar-besaran. Metoda ini kemudian terus dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat pada dekade tahun 50 an sesuai dengan perkembangan teknologi yang terjadi pada saat itu.

Teori network analysis system
Setelah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan dalam pengembangannya maka metoda Network Analysis System ( NAS ) dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam prosedur, yaitu :
1.Project Evaluation Review Tecnique ( PERT )
2.Critical Path Method  (CPM )

Pada artikel sebelumnya telah dibahas sekilas tentang  Network Analysis System ( NAS).
 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
baca artikel : Network Analysis System (NAS)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 
Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ) 
Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ) merupakan metoda Network Analysis System ( NAS ) imana waktu pelaksanaan kegiatan diestimasi bedasarkan suatu perhitungan statistika. Metoda  Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ) ini  kebanyakan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan dimana waktu penyelesaian kegiatannya tidak dapat ditentukan secara pasti, misalnya pekerjaan riset.

Metoda ini dimana pelaksanaan diestimasikan bedasarkan perhitungan statistika yaitu mengasumsikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan mengikuti suatu distribusi ( probability distribution ) sehingga lintasan kritis yang terbentuk merupakan kemungkinan lintasan kritis. Estimasi waktu pelaksanaan kegiatan pada metoda ini ditentukan menjadi tiga jenis kegiatan yaitu waktu optimal ( a ), waktu persimis ( b ) dan waktu paling mungkin ( m ).
1.Waktu optimal ( a ) adalah waktu yang terpendek untuk menyelesaikan kegiatan, apabila semuanya berjalan dengan semestinya. Kemungkinan bahwa kegiatan diselesaikan lebih pendek dari waktu ini adalah kurang dari 1 %.
2.Waktu persimis ( b ) adalah waktu terlama yang dibuthkan untuk menyelsaikan suatu kegiatan dengan kondisi bahwa kegiatan berjalan pada situasi yang berat. Kemungkinan bahwa kegiatan pada waktu pesimis diselesaikan lebih lama. Waktu yang diperlukan kurang dari 1 %.
3.Waktu paling mungkin ( m ) adalah waktu dimana dalam menyelesaikan suatu kegiatan waktu pelaksanaan lebih besar. 

metoda project evaluation review tecnique mengikuti fungsi beta
Dari ketiga waktu yang dijelaskan diatas untuk mencapai estimasi kegiatan, dikenal juga unsur waktu ‘ te “ yaitu waktu yang diharapkan akan dicapai dan merupakan resultante dari ketiga unsur waktu diatas. Untuk mencapai waktu dalam mengestimasi bedasarkan metoda Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ) kemungkinan mengikuti fungsi Beta ( lihat gambar 1 ).

Dengan menggunakan ketiga unsur waktu tersebut maka didapat rumus sebagai berikut :

 
tiga unsur dalam metoda project evaluation review tecnique didapat rumus

Sekian dulu penjelasan tentang Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ), untuk metoda Critical Path Method  (CPM ) akan dijelaskan pada sesi berikutnya.

Semoga penjelasan tentang Project Evaluation Review Tecnique ( PERT ) dapat bermanfaat bagi rekan-rekan.

Baca Artikel...

Network Analysis System ( NAS )

Tahapan pembangunan bidang pembinaan jaringan jalan di Indonesia saat ini dituntut suatu keadaan dimana produk akhir yang telah dikerjakan harus benar-benar bermanfaat bagi masyarakat khususnya pengguna jalan. Ciri-ciri produk akhir yang sedemikian itu menuntut pelaksanaan pemakaian sumber daya yang optimal. Selain itu produk akhir yang akan dihasil khususnya dibidang pembinaan jaringan jalan adalah harus memenuhi batasan-batasan yang ada pada masa pelaksa naan seperti batasan fungsional, batasan teknis, batasan waktu penyelesaian proyek dan lain-lain.

Network Analysis System pada pembinaan Jaringan jalan
 Untuk memenuhi ciri pelaksanaan yang optimal terutama dibidang pembinaan jaringan jalan perlu adanya suatu manejemen pelaksanaan yang ditunjang oleh suatu mekanisme pengendalian yang efektif sehingga hasil akhir dari pelaksanaan dapat memuaskan. Mekanisme yang demikian itu membutuhkan suatu metode analisis yang tepat. Aplikasi metode analisis yaitu “ Network Analysis System ( NAS )” sebagai alat pengendalaian pelaksanaan yang efektif.

Network Analysis System ( NAS ) di indonesia sudah lama dikenal beberapa tahun lalu, hanya aplikasinya masih terbatas terutama untuk pelaksanaan pembinaan jaringan jalan. Alat pengendalian konvensional maupun sistem mekanisme manajemen dirasakan kurang dalam memenuhi tuntutan ciri-ciri pelaksanaan yang tersebut diatas.

Keterbatasan dan dirasakan kurang dalam hal mekanismen manejemen maka perlu diatasi dengan mengaplikasikan metode analisis “Network Analisis System ( NAS )” sebagai metode strategis pelaksanaan pada tahapan dan penggunaan yang tepat sehingga mekanisme manajemen menjamin terpenuhinya ciri-ciri pelaksanaan yang diinginkan. 

Umumnya setiap orang dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan menggunakan bidang ilmu yang terpakai, secara sadar maupun tidak direncanakan, akan terorganisisr dalam suatu proyek. Beberapa proyek dapat memerlukan waktu yang lama dan melibatkan teknik yang sangat kompleks. Ciri-ciri suatu operasi dapat disebut sebagai proyek :
a.Bila proyek itu berhingga dimana pada saat awal dan saat akhir pelaksanaan pekerjaan, proyek tersebut sasarannya telah tercapai. 
b.Proyek yang kompleks.
Suatu proyek pada pelaksaan pekerjaan melibatkan kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas secara berurutan ( seri ) maupun bersamaan ( pararel ) dan ini membutuhkan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia maupun fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.
c.Proyek itu unik
Dalam hal pelaksanaan pekerjaan proyek itu dilaksanakan pada suatu jangka maupun lokasi yang tertentu, termasuk juga dalam hal desain.

Manejemen didefinisikan sebagai suatu proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara mengorganisir, merencanakan maupun memperkerjakan sumber-sumber yang ada. Dalam pelaksanaan pekerjaan dituntut untuk mencapai tujuan juga harus mengunakan sumber waktu yang efisien.

Ukuran dari suatu keberhasilan suatu pekerjaan dapat dilihat dari sasaran-sasaran yang hendak dicapai, kwalitas-kwalitas yang telah dikerjakan, waktu maupun biaya yang pergunakan atau ditetapkan pada saat perencanaan apakah dapat dicapai sesuai maupun mendekati sasaran yang hendak direncanakan pada saat pelaksanaan. Untuk itu maka diperlukan suatu mekanisme manajemen terpadu dengan “ Network Analisis System ( NAS )” sebagai sasarannya.

Sekian dulu artikel “ Network Analisis System ( NAS )” yang saya sajikan semoga bermanfaat bagi rekan-rekan. Nantikan artikel selanjutnya masih seputar “ Network Analisis System ( NAS )”.
Baca Artikel...

Pembangunan Light Rail Transit ( LRT ) Di Palembang

Perkembangan laju kendaraan baik kenaraan roda dua atau roda empat dikota besar, seperti palembang, berdampak pula terhadap perkembangan lalu lintas dalam kota dan berakibat kemacetan dijalan. Oleh karena itu, maka Pemerintah Kota Palembang, berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi kemacetan dijalan. Salah satunya adalah dengan pembangunan Light Rail Transit ( LRT ) di Palembang.

Pembangunan Light Rail Transit ( LRT ) di Kota Palembang
Pembangunan Light Rail Transit ( LRT ) atau Kereta Api Ringan dimulai pada awal bulan November 2015 dan sampai saat ini proyek LRT masih dalam pekerjaan. Pembangunan Proyel Light Rail Transit ( LRT ) ini direncanakan selesai pada tahun 2018.
Proyek Light Rail Transit ( LRT ) adalah proyek transportasi publik dibangun dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan kemacetan di dalam kota palembang dan sekaligus untuk menyongsong pesta olah raga negara Asia yaitu Asian Games 2018, dimana akan di selenggarakan dikota Palembang.

Pembangunan jalur Light Rail Transit ( LRT ) dibangun sepanjang 22 kilometer, dimulai dari Bandara Udara Sultan Mahmud Badaruddin II sampai ke Jakabaring Spor Center ( JSC ), dimana akan menjadi pusat Venus Asia Games 2018 nanti. Pembangunan  jalur Light Rail Transit ( LRT ) merupakan konektivitas transportasi udara ke darat ke kota.

Dana yang dikucurkan Pemerintah untuk pembangunan jalur Light Rail Transit ( LRT ) di palembang Rp. 7,2 trilyun dari Dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN ). Pembangunan jalur Light Rail Transit ( LRT ) di Palembang dibagi dalam 5 zona dengan 13 stasiun layanan trasnportasi.

Jalur Light Rail Transit ( LRT ) di kota Palembang
Ke Lima zona jalur Light Rail Transit ( LRT ) yaitu :
a. Zona 1
Dimulai dari Bandara udara Sultan Mahmud Badaruddin - Simpang Empat Bandara Udara – Simpang Empat Tanjung Api-Api.

b. Zona 2
Jalan Tanjung Api-Api - Jalan Kol.H.Burlian - Jalan Demang Lebar Daun - Simpang Polda

c. Zona 3
Simpang 4 (empat) Angkatan 45 - Jalan Angkatan 45 - simpang Palembang Icon - Jalan kapten A.Rivai - Simpang RS. Charity - Jalan Sudirman.

d. Zona 4
Jembatan Ampera - Gubernur H. A. Bastari dan Zona D

e. Zona V
Berakhir di Jakabaring Sport City

Lima zona Pembangunan LRT di kota palembang

Pembangunan Light Rail Transit ( LRT ) di kota Palembang dikerjakan oleh kontraktor PT. Waskita Karya, sementara untuk operator kereta dan jalurnya diserahkan kepada PT Kereta Api Indonesia ( KAI ).

Untuk operasional transportasi Light Rail Transit ( LRT ) jumlah tenaga listrik yang dibutuhkan antara 16 s/d 25 mega Watt, dengan Gardu Induk berkapasitas 60 Mega Watt dikawasan Jakabaring Sport Center ( JSC ). Gardu induk ini akan memenuhi kebutuhan operasional Light Rail Transit ( LRT ) 22,5 kilometer.

Pembangunan LRT disebelah jembatan Ampera

 Semoga artikel ini dapat menjadi wawasan kita semua.


Baca Artikel...