Showing posts with label Ilmu Ukur Tanah. Show all posts
Showing posts with label Ilmu Ukur Tanah. Show all posts

Teropong Sebagai Alat Bidik Pada Alat Ukur Tanah

Pada penjelasan sebelumnya yaitu tentang Lensa yang merupakan bagian pada alat ukur tanah, maka pada penjelasan kali ini dibahas tentang Teropong sebagai alat bidik pada alat ukur tanah. Teropong dalam bentuk paling sederhana terdiri atas dua lensa. Lensa di muka dinamakan lensa obyektif (lensa benda) dan dibelakang dinamakan lensa okuler (lensa mata).

Teropong Sebagai Alat Bidik Pada Alat Ukur Tanah


Dua lensa ini ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kedua sumbu optisnya berimpit. Lensa obyektif mempunyai jarak titik api besar dan lensa okuler mempunyai jarak titik api kecil, karena lensa okuler harus bekerja sebagai lup.

Untuk menghilangkan dan memperkecil kesalahan-kesalahan, baik lensa obyektif maupun lensa okuler dibuat dari beberapa lensa yang mempunyai koefisien bias dari jari-jari bidang lengkung berlainan. Biasanya lensa obyektif terdiri dari lensa bikonveks yang terbuat dari gelas krona ( n = 1,5 ) dan lensa konkaf-konveks yang terbuat dari gelas flianta ( n = 1,6 ).

Untuk dapat mengarahkan teropong ke suatu titik tertentu, maka teropong dibagian belakang diperlengkapi dengan dua garis salib sumbu yang ditempatkan tidak jauh dimuka lensa okuler. Dua garis salib sumbu pada alat-alat ukur yang lama dibuat dari benang laba-laba, sedangkan pada alat-alat ukur yang modern dua garis salib sumbu digores pada kaca yang dinamakan garis-garis diafragma.

Garis-garis salib sumbu dapat terbentuk : dua garis yang letak saling tegak lurus, uda garis mendatar dan dua garis tegak, satu garis tegak dan tiga garis mendatar yang dapat digunakan sebagai pengukur jarak optis.

“ Garis Bidik adalah Garis yang menghubungkan titik tengah lensa obyektif dengan titik potong dua garis diafragma ”.

Dalam konstruksi lama, teropong terdiri dari tiga tabung dari muka ke belakang berturut-turut : tabung obyektif dengan lensa obyektif, tabung diafragma yang memuat diafragma dengan garis-garis diafragmanya, tabung mana dapat masuk keluar tabung obyektif dan tabung okuler yang memuat lensa okuler, tabung mana yang dapat keluar masuk tabung diafragma.

Dalam konstruksi baru teropong terdiri atas dua tabung yaitu tabung obyektif dengan lensa obyektif dantabung okuler dengan lensa okulernya. Tabung okuler dapat keluar masuk tabung obyektif. Panjang teropong pada konstruksi baru yaitu tetap, tidak berubah menjadi besar. Diatas teropong selalu didapat alat bidik teropong, dengan alat bidik teropong dapat dibuat lebih pendek dari pada konstruksi lama.

Untuk dapat menggerakkan teropong dalam arah mendatar dan arah tegak, maka teropong dilengkapi dengan Sumbu Tegak untuk gerakan mendatar dan sumbu mendatar untuk gerakan tegak.

Hal yang harus dilakukan pada waktu menggunakan teropong pada saat garis bidik harus diarahkan ke suatu titik yaitu :
1. Arahkan garis bidik teropong kearah titik yang dibidik secara kasar dengan menggunakan alat bidik yang letaknya diatas alat teropong.
2. Geserkan tabung okuler sebegitu jauh. Keluar atau masuk tabung diafragma pada konstruksi lama, keluar atau masuk tabung obyektif pada konstruksi baru, sehingga mata yang ditempatkan dibelakang lensa okuler melihat garis-garis diafragma dengan terang.
3. Supaya mata dapat melihat dengan terang bayangan titik yang dibidik, maka perlulah menempatkan bayangan titik itu di bidang garis-garis diafragma dengan menggeser tabung diafragma pada teropong dengan konstruksi lama atau dengan menggeserkan lensa penolong pada teropong dengan konstruksi baru.

Demikianlah penjelasan singkat dari Teropong sebagai alat bidik pada alat ukur tanah. Terimah kasih.

Baca Artikel...

Pengukuran Sudut

Dalam Ilmu Ukur Tanah yang dimaksud dengan Sudut adalah Besaran dari selisih Pembacaan pada dua arah selisih pembacaan kanan dan kiri. 
Pengukuran sudut dalam Ilmu Ukur Tanah dapat dibedahkan dalam tiga pengukuran sudut antara lain:

Pengukuran Sudut Tegak,Horizontal dan Bearing


1. Pengukuran Sudut Tegak
2. Pengukuran Sudut Horizontal
3. Pengukuran Sudut Bearing

Penjelasan dari ketiga pengukuran sudut diatas sebagai berikut :

1. Pengukuran Sudut Tegak

Pengukuran Sudut Tegak

Keterangan Gambar :
Z = Sudut Zenith
N = Sudut Nadir
α  + = Sudut Helling
α - = Sudut Defresi

Besarnya sudut tegak dapat ditentukan dengan mengukur atau membaca sudut Z, α+  , α–  dan sudut N.


2. Pengukuran Sudut Horizontal

Pengukuran Sudut Horizontal

Keterangan gambar sebagai berikut :

α              = Sudut
P2 = tempat berdiri alat
P3, P4 = arah pembacaan




Alat ukur Theodolit di dirikan dititik P2

a. Arahkan teropong ke P3, Alhidade Horizontal dibaca, misalnya : 25o 45’
b. Arahkan teropong ke P4, alhidade Horizontal dibaca, misalnya : 75o 78’

Jadi besarnya sudut adalah = P4 – P3
= 75o 45’ – 25o 45’
= 20o – 33’


3. Pengukuran Sudut Bearing

Sudut Bearing adalah besarnya sudut yang diukur dari arah utara maupun dari arah selatan sampai pada garis bersangkutan dengan tidak tergantung arah jarum jam. 
Besar sudut bearing adalah 0o – 90o.

Pengukuran Sudut Bearing

Keterangan gambar sebagai berikut :
a. Utara barat   = ao
b. Utara Timur = bo
c. Selatan Timur = co
d. Selatan Barat =do






Demikianlah penjelasan tentang Pengukuran Sudut dalam ilmu ukur tanah. Trimah kasih.

Baca Artikel...

Lensa Konveks Dan Lensa Konkaf

Konstruksi alat ukur tanah dalam perkembangan selalu menyesuaikan dengan maksud dan penggunaan alat ukur tanah tersebut. Ada alat ukur tanah yang digunakan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik biasa kita kenal dengan sebutan alat penyipat datar atau alat ukur Watervas.

Ada juga alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut-sudut yaitu alat ukur Theodolit, serta ada juga alat ukur yang digunakan untuk pengukuran guna untuk pembuatan peta yaitu Boussole tranche montagne, plancet.

Lensa Konveks dan lensa Konkaf


Meskipun konstruksi alat ukur tanah berlainan tetapi ada beberapa bagian pada alat ukur tanah ini yang bagiannya sama, jadi ada bagian-bagian yang selalu didapat pada alat ukur tanah. Bagian-bagian yang selalu sama pada alat ukur tanah yaitu Lensa dan Teropong. Dikesempatan ini yang akan dibahas adalah alat Lensa untuk Teropong akan dibahas pada kesempatan berikutnya.

Lensa salah satu bagian dari alat ukur tanah, dimana Lensa merupakan benda yang terbuat dari bahan gelas dan dibatasi oleh dua bidang lengkung dari bulatan (bola). Kedua bidang bulatan ini tidak perlu mempunyai jari-jari yang sama. Garis lurus yang menghubungkan dua titik pusat kedua bidang bulatan dinamakan sumbu Optis lensa itu. Titik pusat optis lensa letak pada sumbu optis lensa.

Lensa dapat dibagi dalam dua macam. Pertama Lensa yang mempunyai tebal terbesar ditengah dan dinamakan Lensa Konveks, sedangkan Lensa yang mempunyai tebal di tepi dinamakan Lensa  Konkaf.

Alat-alat optis kebanyakan mempunyai lebih dari satu Lensa. Lensa-Lensa pada alat optis harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga sumbu optis Lensa-lensa itu berimpit. Suatu lensa mempunyai satu jarak titik api ( F ) dan dua titik api ( F1 ) dan ( F2 ). Kedua titik api ini letak di sumbu optis lensa dengan jarak F dari titik pusat optis lensa. 

Untuk lensa-lensa Konveks jarak titik titik api F diberi tanda Positif ( + ) dan lensa-lensa Konkaf jarak titik titik api F diberi tanda Negatif ( - ). Lensa-lensa Konveks titik api ( F1 ) diletak disebelah kiri lensa dan titik api ( F2 ) diletak disebelah kanan lensa. Lensa-lensa Konkaf titik api ( F1 ) diletak disebelah kanan lensa dan titik api ( F2 ) diletak disebelah kiri lensa.

Lukisan guna mencari banyangan pada lensa dapat dilakukan dengan mengingat dalil-dalil sebagai berikut :
1. Semua sinar cahaya yang melalui titik pusat optis lensa berjalan terus tidak dibias.
2. Semua sinar cahaya yang datang pada lensa sejajar dengan sumbu optis lensa, setelah dibias akan melalui titik api F2
3. Semua sinar cahaya yang melalui titik api F1 akan dibias sejajar dengan sumbu optis lensa.

Demikianlah penjelasan singkat dari Lensa Konveks dan lensa Konkaf yang merupakan salah satu bagian dari alat ukur tanah. Terimah kasih.
Baca Artikel...

Bagian Bagian Pada Alat Ukur Tanah

Alat ukur tanah yang digunakan dalam pengukuran selalu disesuaikan dengan tujuan dan penggunaan dari alat ukur tersebut. Penggunaan alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan beda tinggi di antara dua titik maka digunakan alat ukur Waterpass atau alat Penyipat Datar. Untuk mengukur sudut-sudut, maka alat ukur tanah yang digunakan adalah Theodolit. Alat ukur tanah yang digunakan untuk pengukuran pembuatan peta maka digunakan Boussole Trancher Montagne (BTM).
Meskipun konstruksi alat-alat ukur tanah tersebut berlainan, tetapi alat ukur tanah tersebut mempunyai beberapa bagian-bagian yang sama. Jadi selalu ada bagian-bagian yang selalu didapat pada bermacam-macam alat ukur tersebut.

Bagian Pada alat Ukur Tanah



Bagian-bagian yang selalu ada pada macam-macam alat ukur tanah yaitu :

1. LENSA
Lensa adalah benda yang dibuat dari gelas dan dibatasi oleh dua bidang lengkung dari bulatan ( bola ). Kedua bidang bulatan ini tidak perlu mempunyai jari-jari yang sama. Garis lurus yang menghubungkan dua titik pusat kedua bidang bulatan dinamakan sumbu optis lensa. Titik pusat optis lensa letak pada sumbu optis lensa. Lensa merupakan bagian dari teropong. Lensa dibagi dalam dua macam yaitu :
a.Lensa yang mempunyai tebal terbesar di tenagh-tengah dinamakan lensa konveks.
b.Lensa yang mempunyai tebal terbesar di tepinya dinamakan lensa konkap.
Lensa-lensa pada alat optis harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga sumbu optis lensa itu berhimpit.

2. TEROPONG
Teropong dalam bentuk yang sederhana mempunyai dua lensa. Lensa yang berada dimuka dinamakan lensa obyektif (lensa benda) dan lensa yang berada dibelakang dinamakan lensa okuler ( lensa mata ). Dua lensa ini ditempatkan sedemikian rupa sehingga kedua sumbu optisnya berhimpit. Lensa obyektif mempunyai jarak titik api besar dan lensa okuler mempunyai titk api kecil, karena lensa okuler harus bekerja sebagai lup.

3. SUMBU-SUMBU
Teropong dalam  pengukuran harus bisa digerakkan kearah mendatar dan arah tegak. Karena teropong harus bisa digerakkan kearah mendatar dan arah tegak, maka teropong dilengkapi dengan sumbu tegak untuk gerkan mendatar dan sumbu mendatar untuk gerakan tegak.

Sumbu tegak dinamakan sumbu kesatu dan sumbu mendatar dinamakan sumbu kedua. Pada alat lama sumbu kesatu
mempunyai bentuk yang kronis, sedangkan pada alat yang baru mempunyai bentuk yang silindris.

4. NIVO
Pada saat melakukan pengukuran dengan alat ukur tanah, baik pengukuran mendatar maupun pengukuran tegak, sumbu kesatu harus tegak lurus dan sumbu kedua tegak lurus pada sumbu kesatu. Untuk mencapai kedua sumbu tersebut tegak lurus maka digunakan alat yang dinamakan Nivo.
Nivo menurut bentuknya ada dua macam;
1.Nivo Kotak
2.Nivo Tabung

Nivo Kotak dan Nivo Tabung


 5. ALAT PEMBACA PADA SKALA LINGKARAN
Pengukuran-pengukuran pada ilmu ukur tanah perlu sekali adanya suatu cara agar dapat ditentukan keadaan garis bidik teropong. Keadaan garis bidik teropong selalu diambil terhadap suatu lingkaran yang diberi skala dengan membagi lingkaran dalam 360 derajat atau 400 derajat dan bagian-bagiannya.

Keadaan garis bidik teropong terhadap skala lingkarandinyatakan dengan alat pembaca pada skala lingkaran. Sedangkan alat pembaca itu perlu turut berputar dengan garis bidik.

Supaya alat pembaca dapat digunakan untuk menentukan keadaan garis bidik terhadap skala lingkaran, maka alat pembaca haruslah memutar bersama-sama dengan garis bidik.

Alat pembaca dapat mempunyai bentuk sebagai berikut :
a.Garis lurus
b.Garis lurus yang dilengkapi dengan skala
c.Nonius
d.Garis lurus yang digeserkan dengan menggunakan mikrometer

6. STATIF
Pada wakktu penggunaan alat ukur tanah harus ditempatkan diatas statif atau kaki tiga. Ketiga kaki dipasang pada kepala statif dengan perantara baut dengan mur sayap.

Demikianlah penjelasan tentang bagian-bagian pada alat ukur tanah. semoga bermanfaat. Terimah kasih
Baca Artikel...

Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran Beda Tinggi dapat diartikan sebagai beda tinggi antara dua titik dipermukaan bumi adalah jarak antara dua bidang Nivo yang masing-masing melalui kedua titik tersebut. Pada umumnya bidang Nivo adalah bidang lengkung. Tapi kalau jarak antara kedua titik tadi masih relatif pendek atau tidak terlalu jauh, maka bidang Nivo tadi dianggap bidang yang mendatar. 

Penjelasan Pengukuran Beda Tinggi ( ∆ HAB)  Dapat dlihat pada gambar dibawah ini :

Pengukuran beda Tinggi = selisih bidang Nivo


∆ HAB = Beda tinggi antara titk A dan Titik B

Bidang Nivo A = Bidang Nivo yang melalui titik A

Bidang Nivo B = Bidang Nivo yang melalui titik B

 Untuk koreksi pembacaan rambu
a. Benang Atas         = BA
b. Benang Tenag     = BT
c. Benang Bawah    = BB

Pembacaan pergi maupun pulang dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Rumus =        BT = BA  – BB / 2
                                       
Dengan selsih kesalahan  ≤ 0,002

Pembacaan Beda tinggi perlu dikoreksi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus =        d / Σd x ΣH

Keterangan :     d = Jarak
                           Σd = jumlah jarak keseluruhan
                           ΣH = jumlah kesalahan


Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu :
1. Pengukuran beda tinggi dengan cara Barometris yaitu pengukuran beda tinggi dengan perantaraan tekanan udara atau atmosfer.  Alat yang digunakan adalah Barometris baik Barometer air raksa maupun Anaeroid Barometer.

2. Pengukuran beda tinggi dengan cara Trigonometris merupak pengukuran beda tinggi secara
tidak langsung dengan mengukur sudut vertikal dan jarak miring sehingga jarak horizontalnya dapat dicari. Alat yang duginakan memggunakan alat Thedolit dan BTM.

3. Pengukuran beda tinggi dengan cara Sipat Datar adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi secara langsung dengan membuat garis Horizontal. Alat yang digunakan adalah alat Waterpass.

Penjelasan pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas akan dijelaskan pada artikel berikutnya.

Demikianlah penjelasan tentang Pengukuran Beda Tinggi atau Selisih Bidang Nivo, semoga bermanfaat. Terimah kasih.

Baca Artikel...