Showing posts with label Lapen. Show all posts
Showing posts with label Lapen. Show all posts

Survei Deskripsi Ruas Jalan Dan Titik Referensi Lokasi

Survei Deskripsi Ruas Jalan (link description) dan Titik Referensi Lokasi (Location Reference Point = LRP) pada pelaksanaan perencanaan jalan sanggat di perlukan. Maksud dari pekerjaan Survei Titik Referensi Lokasi (Location Reference Point = LRP) yaitu untuk menetapkan lokasi-lokasi Location Reference Point (LRP), jarak antara Titik Referensi Lokasi (Location Reference Point = LRP) yang berdekatan dan koordinat GPS semua LRP yang kemudian membentuk jalan. Ditjen Bina Marga telah menetapkan system Location Reference Point (LRP) bedasarkan Patok Km, Jembatan dan lain sebagainya sebagai titik referensi jalan. 


Survei Deskripsi Ruas Jalan Dan Titik Referensi Lokasi

Pada saat survei kondisi jalan, maka Pengguna Jasa akan menyiapkan informasi tentang simpul-simpul ruas jalan yang ada dan jarak Titik Referensi Lokasi termasuk jarak-jarak dalam format digital. Penyedia Jasa harus menggunakan informasi ini ketika melaksanakan pengumpulan data. Penyediah Jasa harus selalu mengukur jarak ke LRP untuk setiap pengumpulan data.


Bila terdapat kesalahan dalam pengukuran jarak maka kesalahan pengukuran jarak yang diijinkan adalah 30 meter per ruas jalan. Bial di pada saat pengukuran jarak menemukan perbedaan jarak, maka Penyediah Jasa dapat mempertimbangkan 2 opsi/skenario, yaitu :

1.Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, namun masih dalam batas kesalahan yang diijinkan, maka hasil pengukuran dapat dikoreksi secara berskala menyesuaikan dengan panjang total yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Faktor skala harus ditetapkan untuk setiap ruas jalan dan faktor tersebut harus digunakan untuk mengoreksi ukuran panjang di ruas tersebut.


2.Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, dan melampaui batasan kesalahan yang diijinkan, Penyediah Jasa harus mengukur ulang ruas jalan tersebut. Bila survei kedua mengkonfirmasi hasil survei pertama; maka Penyediah Jasa harus segera menginformasikan ke Pengguna Jasa.


A. PENGUKURAN JARAK  

Pengukuran jarak dapat menggunakan: 

1)Transducer pengukur jarak harus dipasang pada roda kanan kendaraan survei, sehingga hasil pengukuran jarak yang dilakukan akan mewakili pengukuran pada sumbu jalan. Dengan cara seperti ini, akan mengurangiberkurangnya ketelitian akibat pergerakan kendaraan pada tikungan. Semua jarak harus diukur dengan alat ukur jarak yang memiliki ketelitian 0,1% panjang pengukuran atau lebih baik; 

2)Pengukuran jarak lapangan atau jarak miring dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) / Global Navigation Satellite System (GNSS). 


Penyedia jasa wajib menyampaikan data pengukuran GPS/GNSS dalam format RAW dan RINEX beserta tabel perhitungan jarak lapangan atau jarak miring dalam format XLSX. Semua posisi LRP dan tanda-tanda penting lainnya (misalnya: persimpangan, jembatan, gorong-gorong, perlintasan Kereta Api) harus dinyatakan dengan jarak dari titik acuan sebelumnya. Chainage (sta pengukuran) diukur secara menerus mulai dari awal ruas hingga akhir ruas. Pada setiap simpul, jarak pengukuran harus di set ulang ke 0. Dengan cara ini, semua jarak dinyatakan sebagai jarak dari simbul sebelumnya.


B. GPS Pengukur Koordinat 

Koordinat spasial setiap simpul, LRP dan sumbu jalan harus direkam dan dilaporkan. Koordinat harus diukur dengan GPS yang memiliki ketelitian+ 6m pada 90% waktu pengukuran. Referensi GPS harus dibuat sedekat mungkin dengan sumbu jalan. Referensi altitude harus dibuat pada permukaan perkerasan jalan, dan Penyediah Jasa harus menyerahkan data koordinat dengan interval tidak lebih dari 10 meter pada sumbu jalan; interval harus cukup untuk menempatkan semua fitur yang diperlukan dan informasi geometrik jalan pada tingkat ketelitian yang ditetapkan. 


Bila jalur lalu lintas terpisah (divided), data lokasi sama seperti yang digunakan untuk menetapkan sumbu jalan. Semua sumbu jalan harus memenuhi topologi yang benar dan lengkap (misalnya: persimpangan jalan harus saling bersilangan) dan setiap ruas jalan harus memiliki sumbu jalan yang unik.


Di dalam Program Mutu kontrak, Penyediah Jasa harus menjelaskan metodologi yang akan diterapkan dalam menetapkan sumbu jalan. Penjelasan tersebut harus mencakup: 

1.Tata cara pengumpulan data

2.Metoda Real-time atau post-processed differential correctionuntuk alat GPS

3.Koreksi terhadap data anomali (misalnya: kehilangan sinyal GPS, gyro drift over time, satellite downlink DGPS, differences between measured and GPS-derived lengths,  avoidance of obstacles etc.)

4.Pemrosesan data, dan pengintegrasian dengan koordinat hasil survei LRP


Penyedia jasa wajib menyampaikan data pengukuran GPS/GNSS dalam format RAW dan RINEX beserta tabel perhitungan jarak lapangan atau jarak miring dalam format XLSX. Semua posisi LRP dan tanda-tanda penting lainnya (misalnya: persimpangan, jembatan, gorong-gorong, perlintasan Kereta Api) harus dinyatakan dengan jarak dari titik acuan sebelumnya. Chainage (sta pengukuran) diukur secara menerus mulai dari awal ruas hingga akhir ruas. Pada setiap simpul, jarak pengukuran harus di set ulang ke 0. Dengan cara ini, semua jarak dinyatakan sebagai jarak dari simbul sebelumnya.


C. Kamera Yang Dilengkapi Dengan GPS 

Bertujuan untuk merekam semua fitur jalan termasuk titik-titik referensi lokasi.

1.Prosedur 

Semua lokasi LRP harus ditetapkan, dan umumnya patok Km dapat ditetapkan sebagai LRP Utama (Primary LRP) atau, bila patok Km hilang, obyek-obyek tetap lainnya seperti jembatan dapat ditetapkan sebagai LRP Tingkat II (Secondary LRP).

Jarak antar LRP harus diukur dengan tingkat ketelitian 0,1% panjang pengukuran dan koordinat setiap lokasi LRP diukur dengan GPS (longitude/latitude). Semua LRP harus diberi tanda yang jelas dan ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat oleh tim survei berikutnya. 

Arah pergerakan dan jumlah LRP harus bertambah/semakin besar sejalan dengan jumlah patok Km (chainage) yang dijalani. Bila patok Km tidak dijumpai, LRP ditetapkan sebagai pertambahan jarak dari titik awal hingga titik akhir ruas jalan.

Untuk penyimpanan dalam geo-database Bina marga, semua data yang dikumpulkan harus diikat menggunakan Location Referencing System (LRS) berikut:

a. Nomor ruas;

b. Referensi jarak (chainage/jarak dari titik awal ruas);

c. Koordinat GPS.


Demikianlah penjelasan tentang Survei Deskripsi Ruas Jalan Dan Titik Referensi Lokasi. Semoga bermanfaat, terimah kasih.
Baca Artikel...

Jenis Lapis Konstruksi Perkerasan Jalan

Lapisan konstruksi perkerasan jalan dari waktu ke waktu mengalami perubahan baik dari struktur perkerasan , nama perkerasan serta bahan yang digunakan. Pada penjelasan Jenis Lapis Konstruksi Perkerasan Jalan hanya di jelaskan pengertian dan Sifat-sifat dari lapis konstruksi perkerasan jalan. Untuk Bahan dan Pelaksanaan pekerjaan serta Dasar Pembayaran dari setiap Lapis Konstruksi Perkerasan Jalan akan dibahas pada artikel berikutnya.

Jenis Lapis Konstruksi Perkerasan Jalan


Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis lapis konstruksi perkerasan jalan mengacu pada Spesifikasi Umum.

1. Lapis Pondasi Bawah Agregat
    Lapis Pondasi Bawah Agregat merupakan bagian konstruksi perkerasan jalan yang terletak antara          tanah dasar dan pondasi atas yang terdiri dari batu/kerikil pecah atau kerikil yang mempunyai   
    persyaratan tertentu.  Lebar dan Tebal dari lapis pondasi bawah agregat sesuai dengan Gambar   
    Rencana atau seperti yang ditetapkan oleh Direksi.
    Sifat dari Lapis pondasi bawah agregat sebagai bagian konstruksi perkerasan jalan mempunyai
    nilai struktural.

2. Lapis Pondasi Atas Batu Pecah (Agregat)
    Pondasi Atas Batu Pecah (Agregat) merupakan bagian dari konstruksi perkerasan jalan yang   
    terletak antara lapis permukaan dan lapisan pondasi bawah, antara lapis permukaan dengan tanah
    dasar kalau lapis pondasi atas tidak ada, yang terdiri dari batu/kerikil pecah yang mempunyai
    persyaratan tertentu.
    Lebar dan Tebal dari Lapisan Pondasi Atas Agregat sesuai dengan Gambar Rencana atau seperti
    yang ditetapkan oleh Direksi sesuai dengan keperluan. Sifat dari Lapis Pondasi Atas Agregat
    sebagai bagian konstruksi perkerasan jalan mempunyai nilai struktural.

3. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas ( LASTON ATAS)
    Lapis Aspal Beton Pondasi Atas ( LASTON ATAS) adalah suatu jenis pondasi perkerasan jalan   
    yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu, dicampur dan   
    dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
    Fungsi dari LASTON ATAS yaitu sebagai bagian dari perkerasan jalan yang meneruskan dan   
    menyebarkan beban dari lapis permukaan ke bagian konstruksi dibawahnya.
    Sifat dari Lapis Aspal Beton Pondasi Atas ( LASTON ATAS) yaitu :
    a. Mempunyai nilai struktural
    b. Bergradasi terbuka atau bergradasi kasar
    c. Kurang kedap air
    d. Harus diletakkan diatas pondasi bawah atau tanah dasar yang memenuhi persyaratan.
    e. Dapat mempercepat berfungsinya lalu lintas pada pembangunan bertahap.

4. Lapis Pondasi Atas Dengan Stabilisasi Semen
    Lapis Pondasi Atas Dengan Stabilisasi Semen adalah campuran yang terdiri dari tanah, semen   
    portland dan air yang dicampur secara merata, dipadatkan, dibentuk dan dibiarkan untuk beberapa
    waktu (curing) sesuai dengan spesifikasi dan dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana.

5. Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca ( JAPAT)
    Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca ( JAPAT) adalah jenis jalan yang dimaksudkan untuk   
    mengutamakan berfungsinya dengan segera agar selalu mampu melayani lalu lintas umum,   
    menembus daerah baru atau menghidupkan jalan mati.
    Digunakan sebagai sasaran antara atau sasaran akhir, dan untuk mencapai pengadaan jaringan
    jalan yang seluas-luasnya pada tingkat kemampuan Dana yang terbatas.
    Sifat dari Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca ( JAPAT) yaitu sebagai lapis penutup yang terdiri dari         tanah beragaregat, padat dan tetap berfungsi baik pada musim kemarau maupun musim hujan
       serta konstruksi jalan mengikuti aliyemen jalan lama.

6. Lapis Resap Pengikat (PRIME COAT)
    Lapis Resap Pengikat atau dikenal juga dengan nama PRIME COAT merupakan lapis tipis aspal
    cair dan digunakan pada permukaan lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas yang belum
    beraspal serta lapis tanah dasar yang telah selesai dikerjakan.

7. Lapis Pengikat (TACK COAT)
     Lapis Pengikat atau dikenal juga dengan nama TACK COAT merupakan lapisan tipis aspal cair
     yang digunakan pada permukaan lapisan perkerasan jalan yang sudah beraspal.

8. Laburan Aspal (BURAS)
     Laburan Aspal (BURAS) adalah suatu jenis lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang
     ditaburi pasir dengan ukuran butir maksimum 9 mm (3/8 inci), dan berfungsi untuk membuat
     permukaan perkerasan jalan menjadi tidak bedebu, kedap air dan tidak licin.
     Sifat dari Laburan Aspal (BURAS) yaitu tidak mempunyai nilai struktural.

9. Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU)
    Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) merupakan lapis penutup perkerasan jalan yang terdiri dari
    lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20 cm).
    Sifat dari Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) yaitu tidak licin, kedap air, kenyal dan tidak
    mempunyai nilai struktural.

10. Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA)
      Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) adalah suatu jenis lapi penutup yang terdiri dari lapisan
      aspal yang ditaburi agregat, yang dikerjakan dua kali berturut-turut dengan gradasi seragam,   
      tebal  padat maksimum 35 mm dan berfungsi untuk membuat permukaan perkerasan jalan
      menjadi tidak berdebu, kedap air dan tidak licin.
      Sifat dari Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) adalah dapat dipergunakan untuk lalu lintas
      ringan sampai berat, kedap air, tidak licin dan kenyal serta tidak mempunyai nilai struktural.

11. Lapis Tipis Asbuton Murni (LATASBUN)
      Lapis Tipis Asbuton Murni (LATASBUN) adalah suatu jenis lapis penutup yang terdiri dari   
      campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara
      dingin, tebal padat 10 – 15 mm, dan berfungsi untuk membuat permukaan perkerasan jalan kedap
      air sehingga dapat mempertahankan kekuatan konstruksi sampai tingkat tertentu
      Sifat Lapis Tipis Asbuton Murni (LATASBUN) adalah kedap air, kenyal dan cukup awet, serta
      tidak mempunyai nilai struktural.

12. Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG)
       Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG) merupakan suatu lapis permukaan yang campuran terdiri               dari agregat, asbuton dan bahan pelunak, yang diaduk, dihampar dan dipadatkan dalam   
       keadaan dingin.
       Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG) dapat berfungsi sebagai lapisan permukaan dan lapisan   
       aus.
       Sifat Lapis Asbuton Agregat (LASBUTAG)
       a. Mempunyai nilai struktural
       b. Kedap air, kenyal dan tidak licin
       c. Kepadatan akhir dipengaruhi oleh volume lalu lintas sedang, dan
       d. Dapat dipergunakan untuk jalan dengan lalu lintas sedang.

13. Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)
      Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN) merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok
      dan agregat pengunci  dengan gradasi terbuka dan diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan
      diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.
      Apabila Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) dipergunakan sebagai lapisan permukaan maka harus           diberi laburan aspal dengan agregat penutup.
      Fungis dari Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) sebagai lapisan permukaan dan lapisan pondasi.
      Sebagai Lapis Permukaan Jalan, Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen) mempunyai sifat-sifat   
      sebagai berikut:
      a. Lapen mempunyai nilai struktural
      b. Tidak kedap air
      c. Kenyal dan mempunyai permukaan yang kasar
      d. Dapat dipergunakan untuk lalu lintas ringan sampai sedang
      e. Kekuatan utamanya didapat dari saling mengunci antara agregat pokok dan agregat pengunci.

14. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
      Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) merupakan lapis penutup yang terdiri dari aspal keras dan
      pasir alam bergradasi menerus dicamputr, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu dan
      berfungsi untuk membuat permukaan jalan menjadi rata, kedap air dan tidak licin.
      Sifat-sifat dari Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah kedap air, kenyal dan tidak
      mempunyai nilai struktural.

15. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON)/HRS
       Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran   
       antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang
       dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
       Sifat-sifat dari Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) yaitu kedap air, kekenyalan yang tinggi,
       awet dan tidak memiliki nilai struktural.

16. Lapis Aspal Beton (LASTON)/AC
      Lapis Aspal Beton (LASTON) merupakan suatu lapis permukaan konstruksi jalan yang terdiri
      dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar
      dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu sesuai dengan Spesifikasi.
      Sifat-sifat dari Lapis Aspal Beton (LASTON) yaitu mempunyai nilai struktural, kedap air,
      mempunyai stabilitas tinggi dan peka terhadap penyimpangan perencaan dan pelaksanaan.

17. Lapis Pondasi Agregat Kelas C (Waterbound Macadam)
      Lapis Pondasi Agregat Kelas C (waterbound macadam) merupakan suatu lapis permukaan jalan             yang terdiri dari agregat kelas C tanpa penutup aspal atau beton semen .

18. Asphal Treated Base (ATB)
      Asphal Treated Base (ATB) merupakan suatu lapis pondasi perkerasan jalan yang terdiri dari   
      campuran aspal dan agregat dan dicampur dengan perbandingan tertentu.
      Asphal Treated Base (ATB) mempunyai fungsi sebagai perkerasan jalan yang meneruskan dan
      menyebarkan beban lalu lintas kebagian konstruksi jalan bawahnya.
      Sifat – sifat dari Asphal Treated Base (ATB) yaitu kurang kedap air, open grade dan mempunyai
      nilai struktural.

19. Stone Mastic Asphalt (SMA)
      Stone Mastic Asphalt (SMA) merupakan jenis campuran beraspal panas yang dapat di
      pergunakan sebagai lapis permukaan jalan. Komposisi SMA terdiri dari 70-80 % agregate kasar,
      Pengisi 8-12 %, Pengikat 6.0-7.0% dan Serat 0,3 %.

20. Hot Rolled Aspal (HRA)
      Hot Rolled Aspal (HRA) merupakan campuran bergradasi senjang dengan sedikit agregat
      sedang  (2,36 – 10 mm), pasir, mineral halus,aspal dan sedikit agregat kasar.

Demikianlah penjelasan tentang Jenis Lapis Konstruksi Perkerasan Jalan. Semoga bermanfaat, Terimah Kasih. 
Baca Artikel...

Penampang Melintang Jalan

Penampang melintang jalan merupakan potongan suatu jalan tegal lurus pada As jalan atau sumbu jalan yang menunjukan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan dalam arah melintang jalan. Penampang melintang yang akan digunakan harus sesuai dengan klasifikasi jalan serta kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan. Demikian pula lebar jalan, drainase dan kebebasan pada jalan semua di sesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Penampang Melintang Jalan


Bagian-bagian dari Penampang Melintang Jalan sebagai berikut :
1.Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja)
2.Daerah Milik Jalan (DMJ) atau right Of Way (ROW)
3.Daerah Mamfaat Jalan (Damaja)
4.Lebar Badan Jalan 
5.Kemiringan Perkerasan Jalan
6.Bahu Jalan
7.Saluran Samping (Side Dith)

Penjelasan dari bagian-bagian Penampang Melintang Jalan yaitu :

1.Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja)
Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruang sepanjang jalan yang dimaksudkan agar pengemudi mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari pengaruh lingkungan seperti bangunan liar dan tumbuhan.


2.Daerah Milik Jalan (DMJ) atau Right Of Way (ROW)
Daerah Milik Jalan (DMJ) atau Right Of Way (ROW) merupakan total dari lebar jalan yang    diperuntukan untuk kepentingan jalan tersebut. Dalam menentukan Daerah Milik Jalan (DMJ) harus disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan untuk rencana masa mendatang yaitu dengan kemungkinan adanya pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas,   serta kebutuhan ruabg untuk penampang jalan.


3.Daerah Mamfaat Jalan (Damaja)
Daerah Damfaat Jalan (Damaja) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh Lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan. Daerah mamfaat jalan hanya di peruntukan bagi perkerasan jalan, bahu jalan, saluran samping, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainya. 


4.Lebar Badan Jalan 
Umumnya ukuran lalu lintas normal 3,5 meter, dapat terdiri dari satu atau dua jalur. Pada jalan penghubung bisa dipakai 3,5 meter sampai dengan 4 meter untuk dua jalur lalu lintas. Sedangkan untuk jalan utama dengan kecepatan tinggi (Free Way) lebar jalur lalu lintas dapat lebih dari 3,5 meter untuk satu jalur.


5.Kemiringan Perkerasan Jalan
Kemiringan melintang perkerasan suatu trase jalan, besarnya ditentukan oleh syarat-syarat sebagai berikut:
a.Syarat Drainase, dimana kemiringan melintang harus dapat mengalirkan air atau cairan yang tumpah diatas permukaan jalan ke saluran samping. 
b.Syarat Lalu Lintas, diusahakan agar kemiringan melintang masih dapat memberikan kenyamanan dan tidak membahanyakan pemakai jalan.


Bedasarkan syarat-syarat diatas, besarnya kemiringan melintang normal dari perkerasan jalan yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kekerasan. Untuk kemiringan perkerasan jalan dapat dilihat pada tabel berikut :

Kemiringan Melintang Perkerasan Jalan


6.Bahu Jalan
Bahu jalan pada umumnya tidak diberi perkerasan. Lebar dan kemiringannya ditentukan bedasarkan keadaan setempat, intensitas lalu lintas, intensitas hujan, keadaan medan dan jenis material yang digunakan untuk bahu jalan tersebut. Lebar dari bahu jalan sangat menentukan akan keamanan perkerasan jalan dari bahanya longsor terutama pada daerah pegunungan atau berbukit.

Bahu jalan selain berfungsi untuk ruang bagi pejalan kaki, juga dapat digunakan sebagai jalur  darurat pada waktu kendaraan mendahului, berpapasan atau berhenti.

Untuk itu Bahu Jalan dianjurkan mempunyai lebar Minimum 1,5 meter sampai dengan 2 meter.  Kemiringan bahu jalan tidak terlepas dari drainase jalan itu sendiri, dimana kemiringan sangat  mempengaruhi kecepatan dalam mengalirkan air kepermukaan jalan saluran samping. Kemiringan  melintang ditentukan pula oleh jenis permukaan bahu jalan itu sendiri. Untuk Kemiringan Melintang Bahu Jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Kemiringan Melintang Bahu Jalan

7.Saluran Samping (Side Dith)
Saluran samping jalan merupakan bagian dari jalan yang berdampingan dengan bahu jalan yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air secepatnya. Sehungan dengan banyaknya air yang harus di tampung dan kecepatan pengaliran, lebar dan dalamnya, maka saluran samping di perhitungkan bedasarkan debit rencana dan kemiringan disesuaikan dengan jenis dari tanah dasarnya atau bahan yang digunakan.


Dalam dokumen tender ada dua macam gambar penampang melintang yang ditampilkan sebagai berikut :

1. Typical Cross Section (Tanpa scala)

2. Gambar Cross Section setiap interval tertentu (biasanya setiap kelipatan 50 m) dengan scala : 
    a. Horizontal 1 : 100
    b. Vertical 1 : 50



1. Typical Cross Section 

a. Pada daerah Galian dan Timbunan


Typical Cross Section

b. Fungsi :
   1.Memberikan gambaran umum dari type konstruksi jalan pada link/ruas yang bersangkutan
   2.Jenis-jenis lapisan perkerasan dan jenis materialnya
   3.Dimensi profil/penampang melintang jalan yang berlaku sepanjang link/ruas yang bersangkutan.

c. Unsur-Unsur Yang Bisa di cantumkan
   1.Ukuran Badan jalan dan bagian-bagiannya
   2.Ukuran Lapis-Lapis Perkerasan dan type konstruksinya


2. Cross Section Setiap Interval

a. Ketentuan
   1.Gambar diatas kertas standar sheet
   2.Skala Horizontal 1 : 100
   3.Skala Vertikal 1 : 50
   4.Digambar dengan saru garis saja, yang mewakili garis permukaan.
  5.Daerah perkerasan garis dibuat lebih tebal dari garis lainnya ( garis bahu, lereng dan selokan samping)

b. Angka-Angka atau Notasi Yang perlu di cantumkan
   1.Angka elevasi setiap perubahan pada permukaan penapang melintang, untuk titik-titik pinggir bahu, perkerasan dan as jalan, kecuali untuk penapang normal hanya dicantumkan pada as jalan saja. 
   2.Untuk ukuran0ukuran jarak tidak dicantumkan tetapi dapat diketahui dari milimeter standard  sheet.

c. Fungsi
   1.Untuk menghitung volume pekerjaan.
   2.Petunjuk pelaksanaan dilapangan, pekerjaan pengukuran, batas-batas pekerjaan tanah, Perkerasan dan lain sebagainya.

d. Type-Type
   Geometrik Lurus dan Daerah Tikungan :
   a. Didaerah Datar
   b. Didaerah Berbukit dan Pegungan 
Klasifikasi Menurut Medan  Jalan



Demikianlah penjelasan tentang Penampang Melintang Jalan, semoga bermanfaat. Terimah Kasih.

Baca Artikel...

Lapis Penetrasi Makadam

Lapis penetrasi makadam atau disingkat dengan Lapen
Lapis Penetrasi Makadam atau dikenal dengan sebutan " LAPEN " merupakan lapisan perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci dengan gradasi terbuka dan diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis.

Fungis dari Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) sebagai lapisan permukaan dan lapisan pondasi. Sebagai Lapis Permukaan Jalan, Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;
a. Lapen mempunyai nilai struktural
b. Tidak kedap air
c. Kenyal dan mempunyai permukaan yang kasar
d. Dapat dipergunakan untuk lalu lintas ringan sampai sedang
e. Kekuatan utamanya didapat dari saling mengunci antara agregat pokok dan agregat pengunci.

Pelaksanaan pekerjaan untuk Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen ) masih dilaksanakan terutama pada jalan baru atau jalan tanah yang belum diberi perkerasan. Bila Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) dipergunakan untuk lapis permukaan, maka harus diberi laburan aspal dengan agregat penutup.

pemadatan lapis penetrasi makadam dengan alat tandem roller
         Gambar . Proses Pemadatan lapis penetrasi makadam 
          (sumber gambar : http:hanura.desa.id)

Bahan yang digunakan untuk Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) adalah agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (untuk permukaan ) dan aspal. Bahan pengikat yang digunakan untuk Lapis Penetrasi Makdam (Lapen) adalah aspal keras pen 60/70 atau Pen 80/100 yang memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis.

1. Komposisi Agregat Pokok, Agregat Pengunci dan Agregat Penutup
Komposisi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup untuk lapis penetrasi makadam ( Lapen ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Komposisi agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup lapis penetrasi makadam
                                   Tabel 1. Persyaratan Gradasi Agregat Lapen

2. Proses Pelaksaan Pekerjaan Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen)
Proses pelaksanaan pekerjaan lapis penetrasi makadam (Lapen) sebagai berikut :
a. Permukaan yang akan dilapisi Lapis Penetrasi Makdam (Lapen) harus bersih, bebas dari lempung, debu, bahan-bahan organik dan bahan lain yang tidak dikehendaki dann lobang-lobang harus diperbaiki.

b. Permukaan yang belum beraspal harus lembab dan diberi lapis resap pengikat (prime coat) sebaiknya MC – 250 sebanyak 0,5 liter per M2. Baca juga : Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat )
c. Permukaan yang sudah beraspal harus kering dan diberi lapis pengikat (tack coat) sebaiknya RC – 250 sebanyak 0,5 liter per m2.  Baca juga : Lapis Pengikat ( Tack Coat )
d. Penebaran agregat pokok dilakukan dengan mesin penebar agregat.

e. Pemadatan agregat pokok dilakukan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton dengan kecepatan ± 3 km/jam sebanyak 6 lintasan.

f. Penyemprotan aspal pada agregat pokok dilakukan dengan mesin penyemprot aspal agar aspal merata dan temperatur aspal harus dijaga antara 135º - 160º c.

g. Penebaran agregat pengunci dilakukan segera setelah penyemprotan aspal pada agregat pokok.

h. Pemadatan agregat pengunci dilakukan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton dengan kecepatan ± 3 km/jam sampai agregat pengunci tertanam dengan baik.

i. Lapis Penetrasi Makadam (Lapen) bila dipergunakan untuk lapis permukaan jalan, maka penebaran agregat dilakukan dengan mesin penebar agregat. 

Penyemprotan aspal dilakukan dengan mesin penyemprot (cara mekanik ) dan pemadatan agregat menggunakan self propelled pneumatic roller (TR) 10 - 12 ton. Jumlah lintasan 4 - 6 dengan kecepatan 5 km/jam sampai permukaan menjadi rata.

3. Kebutuhan Aspal Aspal dan Agregat Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen )
   Untuk kebutuhan aspal dan agregat lapis penetrasi makadam (Lapen) dapat dilihat pada tabel berikut.

kebutuhan aspal dan agregat untuk pekerjaan lapen
                              Tabel 2. Kebutuhan Aspal dan Agregat Lapen

Demikianlah penjelasan tentang Lapis Penetrasi Makadam ( Lapen ), semoga bermanfaat.

Baca Artikel...