Secara garis besar perkerasan pada konstruksi jalan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (riqid pavement). Dari kedua jenis perkerasan jalan tersebut yang paling esensi yaitu bagaimana perkerasan bereaksi terhadap beban dan bagaimana distribusi beban disalurkan ke tanah dasar (Subgrade).Pada kesempatan kali ini, Saya akan menjelaskan tentang struktur dari lapisan perkerasan kaku atau dikenal dengan istilah Riqid Pavement.
Struktur dari Perkerasan kaku (rigid pavement) umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan. Struktur perkerasan kaku (rigid pavement)
secara tipikal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
1. TANAH DASAR
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-
1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk
perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai
nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus
(Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.
2. PONDASI BAWAH
Bahan pondasi bawah dapat berupa :
a.Bahan berbutir.
b.Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
c.Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk
tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi
dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis
pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk
mereduksi prilaku tanah ekspansif.
Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan
SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan
perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan
campuran beton kurus (CBK).
yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
1. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
2. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.
3. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
4. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
3. PERKERASAN BETON SEMEN
Struktur lapisan perkerasan kaku yang paling atas adalah perkerasan beton semen, dimana
struktur terdiri dari plat beton yang bersambung (tidak menerus) dengan tulangan atau tanpa
tulangan, atau menerus dengan tulangan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat
pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton semen adalah kada air pemadatan, kepadatan dan
perubahan kadar air selama masa pelayanan. Hal lain sebelum dilaksanakan pekerjaan
pengecoran permukaan lapis pondasi
ditutup dengan menggunakan plastik (mencegah kadar semen masuk kedalam lapis pondasi dan
sebagai lapis pemisah).
Ada 4 jenis struktur lapisan perkerasan beton semen antara lain :1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
4. Perkerasan beton semen pra-tegang
3.1. SAMBUNGAN PERKERASAN BETON
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk membatasi tegangan dan
pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas,
memudahkan pelaksanaan serta mengakomodasi gerakan pelat.
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
a. Sambungan memanjang
b. Sambungan melintang
c. Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada
sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).
3.2. SAMBUNGAN MEMANJANG
Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)
Sebelum kita lanjut pembahasan, kita jelaskan dulu apa itu Batang Pengikat (Tie Bars) dan
Batang Ulir (deformed bars). Batang Pengikat (tie bars) adalah sepotong baja ulir yang
dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak
bergerak horizontal. Batang ulir (deformed bars) adalah batang tulangan prismatis atau yang
diprofilkan berbentuk alur atau spiral yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka
batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang
pengenalnya/nominal.
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang.
Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi
dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. Jarak antar
Batang Pengikat yang digunakan adalah 75 cm dan letaknya pada ½ tebal plat.
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
At = 204 x b x h
l = (38,3 x φ) + 75 mm
Catatan :
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m)
h = Tebal pelat (m).
l = Panjang batang pengikat (mm).
φ = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).
3.3. SAMBUNGAN MELINTANG
Tulangan sambungan melintang (Dowel) :
1. Polos Ø 25 – 32 mm
2. Panjang besi polos (dd) = 45 – 60 cm
3. Letaknya pada ½ tebal plat
4. Satu ujung terikat, ujung lainnya dibuat tidak lekat dengan cara : dibungkus plastik tipis
atau dilapisi gemuk
5. Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm.
6.J arak maksimum tulangan dari sumbu-ke-sumbu 75 cm.
Demikianlah penjelasan tentang Struktur Lapisan Perkerasan Kaku, semoga bermanfaat. Terimah kasih.