Showing posts with label Beton. Show all posts
Showing posts with label Beton. Show all posts

Ruang Lingkup Penyelidikan Dan Pengujian Teknik Sipil

Teknik Sipil merupakan salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana cara merencana, membangun dan merenovasi suatu bangunan seperti gedung, jalan jembatan dan infrastruktur lainnya. 

Teknik Sipil mempunyai ruang lingkup yang luas sehingga dalam pelaksanaannya melahirkan cabang-cabang ilmu teknik sipil. Di dalam keseharian kita mengenal Teknik Sipil dengan istilah Sipil Kering dan Sipil Basah. Apa maksud dari penjelasan sipil kering dan sipil basah tersebut…???

Ruang Lingkup Penyelidikan Dan Pengujian Teknik Sipil

Sipil Kering umunya tertujuh pada suatu konstruksi seperti gedung, jalan raya, jembatan. Sedangkan Sipil Basah tertujuh pada bidang Sumber Daya Air (SDA) seperti Teknik Irigasi. Seiring dengan pesatnya laju teknologi, maka lahirlah cabang-cabang Ilmu Teknik Sipil. Seperti Teknik lingkungan, Transportasi, Hidrologi, Manajemen Konstruksi, Struktural, Geoteknik dan Informatika Teknik Sipil.

Dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi, baik sebelum pelaksanaan dan saat waktu pelaksanaan berjalan maka di lakukan suatu penyelidikan dan pengujian terhadap material. Berikut penjelasan singkat beberapa penyelidikan dan pengujian.


Penyelidikan Tanah Lapangan

a) Pengeboran Geoteknik;
b) Standard Penetration Test (SPT);
c) Sondir;
d) Sampling Undistrubed Sampel;
e) Sampling Distubed Sampel;
f) Dynamic Cone Penetrometer (DCP);
g) California Bearing Ratio (CBR) Lapangan;
h) Plate Load Test;
i) Sandcone;
j) Electrical Density Gauge;
k)Geolistrik/Soil Resistivity.


Pengujian Laboratorium Tanah & Batuan

a) Berat Jenis Tanah;
b) Kadar Air Tanah & Batuan;
c) Batas Atterberg;
d) Bobot Isi Tanah;
e) Analisa Butiran Tanah;
f) Indeks Propertis Batuan;
g) Kuat Geser Tanah;
h) Kuat Geser Batuan;
i) Kuat Tekan Tanah;
j) Kuat Tekan Batuan;
k) Triaksial Tanah;
l) Triaksial Batuan
m) Kuat Tarik Belah Batuan;
n) Point Load Index;
o) Konsolidasi Tanah;
p) Pemadatan Tanah;
q) CBR Laboratorium;
r) Permeabilitas Tanah & Batuan;
s) Kuat Lekang (Slake Durability);
t) Kandungan Kimia;
u)Analisa Mineralogi.


Pengujian Laboratorium Material Agregat, Semen

a) Berat Jenis & Penyerapan Agregat Kasar & Halus;
b) Kadar Air Agregat;
c) Agregat Lolos No. 200;
d) Gumpalan Lempung & Butir Mudah Pecah;
e) Bobot Isi Agregat;
f) Los Angeles Abrasi;
g) Analisa Saringan;
h) Bahan Organik dalam Agregat Halus;
i) Kepipihan & Kelonjongan Agregat;
j) Kekekalan Agregat;
k) Berat Jenis Semen;
l) Waktu Pengikatan & Konsistensi Normal Semen;
m) Desain Pencampuran LPA (Mix Desain LPA);
n) Desain Pencampuran Beton (Mix Desain Beton);
o) Kuat Tekan Beton;
p) Kuat Lentur Beton;
q) Kuat Tekan Material (Mortar, Bata Merah, Bata Ringan).


Pengujian Material Agregat

a. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Kasar;
b. Berat Jenis & Penyerapan Agregat Halus;
c. Kadar Air Agregat;
d. Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat;
e. Analisa Saringan Agregat;
f. Kandungan Zat Organik Agregat Halus;
g. Los Angeles Abrasi (Keausan Agregat);
h. Kepipihan Agregat;
i. Kelonjongan Agregat;
j. Kekekalan Agregat dengan Natrium Sulfat;
k.Nilai Kehancuran Agregat.


Pengujian Perkerasan Jalan

a. Kepadatan/Kompaksi Tanah;
b. CBR Laboratorium;
c. Butiran Pecah Agregat;
d. Gumpalan Lempung & Butir Mudah Pecah;
e. Rancangan Campuran Lapis Pondasi Agregat;


Pengujian Geoteknik

a. Batas Atterberg Tanah;
b. Bobot Isi Tanah;
c. Berat Jenis Tanah;
d. Kadar Air Tanah;
e. Analisa Ukuran Butiran Tanah;
f. Kuat Geser Langsung Tanah;
g. Kuat Tekan Bebas Tanah;
h. Triaksial Tanah;
i. Konsolidasi Satu Dimensi Tanah;
j. Permeabilitas;
k.Indeks Propertis Batuan.


Pengujian Beton & Material

a) Berat Jenis Semen;
b) Waktu Pengikatan & Konsistensi Normal Semen;
c) Indeks Kekuatan;
d) Rancangan Pencampuran Beton;
e) Kuat Tekan Beton;
f) Kuat Lentur Beton;
g) Kuat Tekan Bata Merah;
h) Kuat Tekan Bata Ringan;
i) Kuat Tekan Paving Block;
j) Uji Ukuran dan Berat Material;
k) Uji Tarik;
l) Uji Lengkung;


Pengujian Air Asam Tambang & Kimia

a. pH Pasta;
b. EC pasta;
c. Kapasitas Penetralan Asam (ANC);
d. Penentuan Asam Neto (NAG);
e. Potensi Keasaman Maksimum (MPA);
f. Nilai Potensi Produksi Asam Netto (NAPP);
g. Rasio Potensi Penetralan (NPR);
h. Kandungan Pasir Silika;
i. Kandungan Pasir Zirkon;
j. Kesuburan Tanah;
k. Kandungan LimeStone;
l. Kandungan Lempung;
m. Kandungan Mineralogi;
n. Petrografi.


Pengujian Barang Curah Padat

a) Transportable Moisture Limit (TML);
b) Combustible Solids;
c) Self-heating Solids;
d) Corrosive Solids;
e) Toxic Solids.


ANALISA DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

1.Analisa Air:
   a) Air Minum;
   b) Air Limbah (Settling Pond, Domestik, Oil Trap, Blowdown Boiler, Sawit, dll);
   c) Air Sungai/Permukaan;
   d) Air Laut;
   e) Air Sumur Pantau;
   f) Air Danau;
   g) Air untuk keperluan higiene dan sanitasi;
2.Analisa Mikrobiologi;
3.Analisa Biologi (Plankton, Benthos);
4.Analisa Udara Ambient dan Emisi;
5.Analisa Kesuburan Tanah;
6.Analisa CPO;
7.Monitoring Lingkungan dan Lingkungan Kerja.


Inspeksi

a) Pile Drive Analyzer (PDA);
b) Pile Integrity Tester (PIT);
c) Crosshole Sonic Logging (CSL);
d) Uji Hammer Beton;
e) Rebar Scanner;
f) Core Drill Beton;
g) Stockpile Survey;
h) Quantity Survey;
i) Distance Survey;
j) Survey Topografi;
k) Survey Bathymetri;
l) Asesemen Konstruksi.


INSPEKSI LAPANGAN

a) Pengeboran Dalam / Deep Boring;
b) Pengujian SPT (Standard Penetration Test);
c) Pengujian Sondir / Dutch Cone Penetrometer;
d) Pengujian DCP (Dynamic Cone Penetrometer);
e) Pengujian Kepadatan Tanah Lapangan dengan Sandcone;
f) Pengujian Kepadatan Tanah Lapangan dengan Electrical Density Gauge (EDG);
g) Pengujian CBR Lapangan;
h) Pengambilan Sampel Tanah Tak Terganggu / Sampling UDS;
i) Geolistrik atau Soil Resistivity;
j) Pengujian Kekuatan Tiang Pancang (PDA test);
k) Pengujian Keutuhan Tiang Pancang (PIT test).

Demikian penjelasan ruang lingkup penyelidikan dan pengujian dalam bidang Teknik Sipil. Terimah kasih.


Baca Artikel...

Teori Pada Perhitungan Beton

Beton merupakan material konstruksi yang komposisinya terdiri dari Semen, agregat kasar, agregat halus, Pasir dan bahan tambahan lainnya. Pemakaian beton untuk konstruksi telah berkembang pesat, mengingat bahan-bahan pembentuknya yang mudah terdapat di negara Indonesaia. 

Pada teori perencanaan beton di Indonesia lazimnya digunakan teori elastisitas, dimana angka ekivalen n adalah tetap dimana diambil besaran n yaitu 15 dengan mutu beton fʼc = 225 kg/cm2 dan kwalitas besi fs = 1200 kg/cm2.

Dengan kemajuan teknik pembuatan beton yang lebih baik terutama pada proyek-proyek besar, maka dalam perkembangannya telah dibuat mutu dengan kwalitas beton yaitu fʼc = 600 kg/cm2. 


Teori Perhitungan Beton


1. Teori Elastisitas Beton;

2. Teori Ultimate Beton;

3. Teori Beton Pratekan.


Penjelasan dari masing-masing teori perhitungan beton sebagai berikut :

1. Teori Elastisitas Beton

Teori perhitungan beton dengan cara Elastisitas secara tepat, harusla menggunakan angka Ekivalen "n" yang sesuai dengan kwalitas dari masing-masing beton dan besi yang akan dipakai.

 

2. Teori Ultimate Beton

Perhitungan beton dengan cara Ultimate ( Ultimate Strength Design ) didasarkan atas timbulnya kehancuran ( failure ) yaitu akan adanya terjadi kehancuran ( failure ) bila tegangan pada besi telah mencapai tegangan leleh (fy) yield stress  dan tegangan beton telah mencapai tegangan hancur (fʼc).


Dalam perhitungan perencanaan, untuk mencegah adanya kehancuran, maka perlu adanya usaha untuk menaikkan beban yang harus dipikul oleh suatu bagian konstruksi. Beban-Beban ini antara lain : Beban Sendiri (Dead load ; D.L) Beban Gerak (Live Load:L.L), Beban Angin (Wind Load) dan Beban Gempa (earthquake) atau beban lainnya. Cara menaikkan beban-beban tersebut yaitu dengan cara menggunakan Faktor Keamanan (factor of safety) konstruksi yang menjamin pencegahan kehancuran dimaksud.  

Jadi cara perhitungan ini jelas telah melampaui daerah elastisitas (proportional point) dan dengan sendirinya tidak mengenal lagi yang dinamakan angka ekivalen n.  


A. Beberapa anggapan yang digunakan dalam penentuan pada perencanaan teori ultimate adalah sebagai berikut :

1. Beton tidak menerima gaya tarik, sehingga semua gaya tarik dipikul oleh besi;

2. Sebelum pada saat memikul lentur akibat pembebanan, semua penampang tetap datar (Theorema Bernoulli);

3. Jika telah mendekati ultimate strength, maka diagram tegangan dan spesifik ulur tidak lagi proportional;

4. Tegangan serat maximum (The maximum fibre stress) akibat suatu lentur diambil sama dengan kekuatan prisma beton;

5. Tegangan tarik dan tejan yang timbul pada besi tidak boleh melebihi tegangan lelehnya (fy).


B. Suatu bangunan konstruksi dikatakan sudah hancur akibat suatu pembebanan apabila :

1. Tegangan tekan pada bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan kehancuran = fʼc;

2. Tegangan tarik pada bagian besi yang dipikulnya telah mencapai tegangan lelehnya (fy). 


Bedasarkan hal-hal tersebut diatas, maka ada 3 (tiga) kemungkinan timbulnya kehancuran (failure) yaitu :

1. Apabila yang tercapai lebih dulu tegangan leleh (fy) minimum besi, maka konstruksi bangunan ini disebut "under reinforced".

2. Apabila yang tercapai lebih dulu tegangan hancur (fʼc) beton (The crushing strength of concrete), maka konstruksi ini disebut "over reinforced".

3. Apabila terjadi tegangan hancur beton dan tegangan leleh besi tercapai pada saat bersamaan, maka konstruksi ini disebut dengan "balanced reinforced".


3. Teori Beton Pratekan

Beton Pratekan adalah suatu konstruksi beton dimana bila  pada konstruksi beton diberi tekanan dengan gaya khusus, maka beton akan tertekan, sehingga disaat konstruksi diberi beban/tekanan, tegangan tarik tidak akan timbul.

A. Jenis Beton Pratekan

Beton Pratekan terditi atas 2 (dua) jenis yaitu :

1. Konstruksi Beton Pratekan Penuh;

2. Konstruksi Beton Pratekan Terbatas.


Penjelasan dari masing-masing Jenis beton Pratekan sebagai berikut :

1. Konstruksi Beton Pratekan Penuh adalah kontruksi beton sewaktu diberi beban maximum tidak akan timbul tegangan tarik.

2. Konstruksi Beton Pratekan Terbatas yaitu konstruksi beton dimana setelah dibebani tekanan maximum masih timbul tegangan-tegangan tarik sampai pada batas-batas tertentu. Tegangan tarik ini biasanya tipikul oleh pembesian biasa.


B. Bagian Dalam Penampang Beton Pratekan

1. Penampang Beton Pratekan, terdapat dua daerah yaitu daerah tekan dan daerah tarik pratekan.

a. Daerah Tekan adalah daerah dimana saat konstruksi dibebani, menerima tegangan tekan, sungguhpun tidak diberikan gaya pratekan;

b. Daerah tarik pratekan adalah daerah yang apabila tidak diberi pratekan, ddan apabila diberi beban akan mengalami tegangan tarik.

2. Penampang pembesian beton pratekan, terdapat dua macam pembesian yaitu kabel pratekan dan pembesian biasa.

a. Kabel pratekan terdiri dari kawat-kawat baja bermutu tinggi yang merupakan bagian utama pembangkit gaya pratekan;

b. Pembesian biasa adalah besi beton biasa yang memikul bagian-bagian yang tidak diberi pratekan.


Demikianlah penjelasan singkat tentang Teori Perhitungan Beton. Terimah kasih.

Baca Artikel...

Pekerjaan Lapisan Perkerasan Beton

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa perkerasan pada konstruksi jalan dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (riqid pavement). Struktur dari Perkerasan kaku (rigid pavement) umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan. Pada kesempatan ini akan melanjutkan lagi pembahasan tentang konstruksi perkerasan beton (rigid pavement). 

Pekerjaan Lapisan Perkerasan Beton


Penjelasan perkerasan beton sebagai berikut:

1. PEKERJAAN PERKERASAN BETON PADA DAERAH CURAM  

    Untuk perkerasan jalan beton dengan kemiringan memanjang lebih besar dari 3 %,
    maka harus ditambah dengan Angker Panel (Panel anchored) dan Angker Blok (Anchor Block).
    Jalan dengan kondisi ini harus dilengkapi dengan angker yang  melintang  untuk  keseluruhan
    lebar  pelat  sebagaimana  diuraikan  pada  Tabel  dan diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.


Perkerasan Beton pada daerah curam ditambah angker panel


Perkerasan beton pada daerah yang curam ditambah angker blok





2. SAMBUNGAN PERALIHAN ANTARA PERKERASAN ASPAL DAN BETON  

   Sambungan peralihan antara perkerasan aspal dengan perkerasan beton Perlu adanya Slab Transisi     dan Perlu adanya Batang Pengikat. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat typical sambungan   
   peralihan antara perkerasan aspal dan perkerasan beton.

Sambungan Peralihan Antara Perkerasan Aspal Dan Beton



3. PELAPISAN TAMBAHAN PERKERASAN BETON ASPAL DI ATAS 
    PERKERASAN  BETON

   Struktur perkerasan beton semen harus dievaluasi agar supaya tebal efektifnya dapat dinilai   
   sebagai  aspal beton. Untuk menentukan  tebal efektif (Te) setiap lapisan perkerasan  yang ada   
   harus   dikonversikan  kedalam  tebal  ekivalen  aspal  beton  sesuai  dengan  Tabel  12. Dengan
   demikian  tebal lapis tambahan  yang diperlukan,  dihitung berdasarkan  perhitungan lapis
   tambahan pada perkerasan lentur.Dalam  menentukan  tebal  ekivalen  perkerasan  beton  semen
   perlu  memperhatikan  kondisi dan daya dukung lapisan beton semen yang ada.

   Apabila  lapisan-lapisan  perkerasan  telah  diketahui  dan  kondisinya  ditetapkan,  kemudian
   faktor konversi yang sesuai dipilih pada Tabel berikut dan tebal efektif dari setiap lapisan dapat 
   ditentukan.

   Tebal  efektif  setiap  lapisan  merupakan  hasil  perkalian  antara  tebal  lapisan  dan faktor
   konversi.  Tebal efektif untuk seluruh perkerasan merupakan jumlah tebal efektif dari masing- 
   masing lapisan.

   Tebal lapisan tambahan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
       Tr = T – Te 

    Keterangan :
    Tr = tebal lapis tambahan
    T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan atau
                   lapis pondasi bawah dari jalan lama sesuai prosedur yang telah diuraikan
    Te = tebal efektif perkerasan lama

    Tebal lapis tambahan perkerasan lentur yang diletakkan langsung di atas perkerasan beton semen
    dianjurkan  minimum  100 mm. Apabila  tebal lapisan  tambahan  lebih dari 180 mm, konstruksi
    lapis tambahan dapat menggunakan lapisan peredam retak sebagai mana terlihat pada Gambar   
    berikut.
Lapisan peredam retak pada sistem pelapis tambahan
4. PENGAMBILAN SLUMP BETON 

    Untuk Perkerasan beton semen pada umumnya dipersyaratkan nilai slump antara 2.5 – 6.0 cm
    hal ini tergantung dengan peralatan penghampar yang digunakan
    1. Untuk jenis fixes form (ACUAN TETAP) Slump 4.0 – 6.0 cm
    2. Untuk jenis slip form (ACUAN BERGERAK) Slump max 5.00 cm
    Toleransi ± 2.00 cm dari slump optimum(speksifikasi)

Demikianlah penjelasan tentang Pekerjaan Lapisan Perkerasan Beton , semoga bermanfaat. Terimah kasih.
Baca Artikel...

Struktur Lapisan Perkerasan Kaku

Secara garis besar perkerasan pada konstruksi jalan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (riqid pavement). Dari kedua jenis perkerasan jalan tersebut yang paling esensi yaitu bagaimana perkerasan bereaksi terhadap beban dan bagaimana distribusi beban disalurkan ke tanah dasar (Subgrade).Pada kesempatan kali ini, Saya akan menjelaskan tentang struktur dari lapisan perkerasan kaku atau dikenal dengan istilah Riqid Pavement. 

Struktur Lapisan Perkerasan Kaku


Struktur dari Perkerasan kaku (rigid pavement) umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan. Struktur perkerasan kaku (rigid pavement)
secara tipikal dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Typical Struktur Perkerasan Kaku



1. TANAH DASAR
    Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-1731-   
    1989 atau CBR laboratorium sesuai    dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk
    perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai
    nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus
    (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.

2. PONDASI BAWAH
    Bahan pondasi bawah dapat berupa :
    a.Bahan berbutir.
    b.Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
    c.Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete)

    Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk     
    tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi 
    dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis 
    pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk 
    mereduksi prilaku tanah ekspansif.

    Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan 
    SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan 
    perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan 
    campuran beton kurus (CBK).

    Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama
    yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :
   1. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.
   2. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.
   3. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
   4. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.


3. PERKERASAN BETON SEMEN
    Struktur lapisan perkerasan kaku yang paling atas adalah perkerasan beton semen, dimana 
    struktur terdiri dari plat beton yang bersambung (tidak menerus) dengan tulangan atau tanpa       
    tulangan, atau  menerus dengan tulangan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat 
    pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton semen adalah kada air pemadatan, kepadatan dan 
    perubahan kadar air selama   masa pelayanan. Hal lain sebelum dilaksanakan pekerjaan 
    pengecoran permukaan lapis pondasi  
    ditutup dengan menggunakan plastik (mencegah kadar semen masuk kedalam lapis pondasi dan 
    sebagai lapis pemisah).
    Ada 4 jenis struktur lapisan perkerasan beton semen antara lain :
    1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
    2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
    3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
    4. Perkerasan beton semen pra-tegang

3.1. SAMBUNGAN PERKERASAN BETON
       Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk membatasi  tegangan  dan 
       pengendalian  retak yang disebabkan  oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas,
       memudahkan pelaksanaan serta mengakomodasi gerakan pelat.
       Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
       a. Sambungan memanjang
       b. Sambungan melintang
       c. Sambungan isolasi
       Semua  sambungan   harus  ditutup  dengan  bahan  penutup  (joint  sealer),  kecuali  pada
       sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).

3.2. SAMBUNGAN MEMANJANG

       Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)

      Sebelum kita lanjut pembahasan, kita jelaskan dulu apa itu Batang Pengikat (Tie Bars) dan
      Batang Ulir (deformed bars). Batang Pengikat (tie bars) adalah sepotong  baja  ulir  yang   
      dipasang  pada  sambungan  memanjang  dengan  maksud untuk mengikat pelat agar tidak
      bergerak horizontal. Batang ulir (deformed bars) adalah batang tulangan  prismatis  atau yang
      diprofilkan  berbentuk  alur atau spiral yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka
      batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang
      pengenalnya/nominal.

Typical Sambungan Memanjang Perkerasan Beton


     Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang.
     Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3  - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi
     dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. Jarak antar
     Batang Pengikat yang digunakan adalah 75 cm dan letaknya pada ½ tebal plat.

     Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
         At = 204 x b x h
         l  = (38,3 x φ) + 75 mm

     Catatan :
     At   = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).
     b     = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m)
     h     = Tebal pelat (m).
     l      = Panjang batang pengikat (mm).
     φ    = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).


Typical Sambungan Memanjang Dengan Tie Bar


3.3. SAMBUNGAN MELINTANG 

       Tulangan sambungan melintang (Dowel) :
       1. Polos Ø 25 – 32 mm
       2. Panjang besi polos (dd) = 45 – 60 cm
       3. Letaknya pada ½ tebal plat
       4. Satu ujung terikat, ujung lainnya dibuat tidak lekat dengan cara : dibungkus plastik tipis
           atau dilapisi gemuk
       5. Diameter batang ulir tidak lebih kecil dari 12 mm.
       6.J arak maksimum tulangan dari sumbu-ke-sumbu 75 cm.


Typical Sambungan Melintang Dengan Dowel


Demikianlah penjelasan tentang Struktur Lapisan Perkerasan Kaku, semoga bermanfaat. Terimah kasih.
Baca Artikel...

Metode Kerja Pekerjaan Turap Beton

Sebelum memulai suatu pekerjaan kontraktor harus mempersiapkan semua yang menyangkut dalam pekerjaan tersebut. Sumber daya yang harus dipersiapkan mulai dari tenaga kerja (pekerja), peralatan dan bahan material. Selain itu kontraktor harus mempersiapkan Metode kerja yang mana ini sangat penting khusus saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan.


Pengadaan dan Pemancangan Sheet Pile Type FPC 320 C500




1. Pekerjaan Persiapan

Sebelum pelaksaan fisik dimulai, terlebih dahulu dilakukan pekerjaan persiapan sebagai berikut:
a. Sosialisasi dan perijinan ke Pemda setempat dan pihak terkait dalam hal ini Dinas yang mengeluarkan pekerjaan.
b. Survey lokasi untuk fasilitator, kantor lapangan, base camp, gudang dan workshop .
c. Membuat atau menyediahkan fasilitas lain seperti Direksi Keet beserta bangunan lainnya (Sesuai gambar Kerja) yang dibutuhkan selama pekerjaan berlangsung.
d. Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek yang ukuran dan redaksionalnya sesuai petunjuk Direksi.
e. Mobilisasi personil dan peralatan yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan.
f. Mempersiapkan pembuatan jalan kerja untuk akses peralatan ke lokasi dan termasuk pula rencana pengaturan lalu lintas di dalamnya.
g. Pembersihan semak belukar dengan menggunakan alat Buldozer dan hasil dari pembersihan dikumpulkan di satu sisi batas bangunan, kemudian diangkut dengan alat excavator dan dibuang dengan dump truck ke lokasi pembuangan yang telah di tentukan. 

2. Pengadaan Sheet Pile Type FPC 320 C500

a. Untuk mempelancar dan memudahkan material Sheet Pile masuk ke lokasi kerja maka perlu dibuat akses jalan ke lokasi kerja.
b. Mobilisasi material Sheet Pile dari pabrik ke lokasi kerja menggunakan truck trailer.
c. Proses penurunan material Sheet Pile dan menumpuk dilokasi harus sesuai kebutuhan dan space  yang ada dengan menggunakan Service Crane yang telah disiapkan dilokasi.
d. Dalam pelaksanaan pengadaan yang harsu diperhatikan adalah Handling Method.
e. Cara pengangkatan CSP, pengangkatan dibuat dengan 2 atau 4 titik ikat. Dalam hal ini 2 titik angkat, kedudukan seling baja harus berada pada 2/10 dari total panjang dari kedua ujung tiang pancang.
f. Ilustrasi dari proses penurunan material sheet pile lihat pada gambar berikut.


Pengadaan Sheet Pile Type FPC 320 C500




3. Pemancangan Sheet Pile Type FPC C500

Pemancangan Sheet Pile menggunakan Vibro Hammer. Pemancangan Sheet pile dilaksanakan sesuai dengan ukuran atau   kedalaman sesuai yang ditunjukan dalam gambar kerja dan telah disetujui oleh Direksi. Wire Rope (Seling Baja) harus diperiksa terlebih dahulu secara hati-hati dan seling layak dipakai selama proses pemancangan. Ketika proses pengangkatan dan penurunan 2 titik penyangga harus sama tinggi dan cara 1 titik angkat sama sekali dilarang.

Metode kerja pemancangan sheet pile yaitu:
a. Crane diletakkan pada posisi titik pancang yang tekah direncanakan.
b. Tiang pancang ditarik atau diangkat sesuai dengan syarat penarikan/pengangkatan yang diizinkan untuk ditempatkan pada posisi yang lurus terhadap sumbu vibro hammer.
c. Tiang harus diangkat dan diturunkan secara bertahap sedemikan hingga tidak memberikan goncangan pada tiang.
d. Posisi titik angkat pada saat erection (pemancangan) titik angkat pada saat erection, ditentukan 3/10 total panjang tiang dari bagian atas dan titik angkat ini harus ditandai pada tiang.
e. Saat erection tiang pancang berada di ujung atas rig.
f. Setelah erection tiang pancang telah berhasil bisa dimulai pekerjaan pemancangan.
g. Pemancangan tiang pancang akan dimulai setelah konfirmasi posisi lurus terpenuhi.
h. Penggetaran pada pemancangan pertama harus dilakukan dengan softblow driving untuk memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar atau sesuai.
i. Mulainya pemancangan untuk setiap tiang pancang adalah penggetaran berlangsung kontinyu sampai tiang pancang mencapai kedalaman tanah yang diharapkan.
j. Ilustrasi proses pemancangan material sheet pile lihat pada gambar berikut



Metode Kerja Pemancangan Sheet Pile Type FPC C500


Demikianlah penjelasan Metode Kerja Pekerjaan Turap Beton. Semoga bermanfaat, terimah kasih.
Baca Artikel...

Spesifikasi Teknik Beton Pracetak Untuk Lining Saluran Irigasi

Untuk menjaga agar kualitas dan kuantitas dari mutu beton Pracetak bermutu perlu adanya suatu Spesifikasi Teknis dari komposisi campuran beton Pracetak.

Proses pencampuran beton Pracetak baik di konstruksi jalan, jembatan, gedung dan irigasi perlu adanya acuan, standar atau Spesifikasi Teknis. Sehingga beton Pracetak yang telah selesai dibuat mempunyai kekuatan lentur dan kuat tekan karakteristik.
Spesifikasi Teknik Saluran Irigasi



Beton pracetak harus mempunyai suatu kuat lentur dan kuat tekan karakteristik minimum sesuai dengan  SNI 1972  tentang Cara uji slump beton,  SNI 1974  tentang Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak dan  SNI 4431 tentang Cara uji kuat lentur.

Penggunaan beton Pracetak untuk lining saluran irigasi harus sesuai dengan penjelasan diatas. 

Berikut ini bisa dijadikan referensi untuk digunakan dalam melaksanakan pembuatan Beton Pracetak dalam pekerjaan pelaksanaan pembuatan Lining saluran irigasi. 

1. SNI 1969, Cara uji berat jenis penyerapan  air agregat kasar
2. SNI 1970, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
3. SNI 1972, Cara uji slump beton
4. SNI 1974, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang dicetak
5. SNI 2417, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
6. SNI 4431, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan
7. SNI 03 - 2495, Spesifikasi  bahan tambahan untuk beton
8. SNI 03 - 2834, Tata cara pembuatan rencana  campuran beton normal
9. SNI 03 - 4433, Spesifikasi beton siap pakai
10. SNI 03 - 4804, Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam agregat


Selain mengacu pada persyaratan diatas, persyaratan lain  bisa dijadikan referensi yaitu : 

1. Persyaratan Beton (Bagian 6 dan 9 Pedoman Penggunaan Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi)
2. Persyaratan Tulangan (Bagian 9 Pedoman Penggunaan Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi)
3. Persayaratan kerja (Bagian 8 Pedoman Penggunaan Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi)
4. Persyaratan peralatan (Bagian 7 Pedoman Penggunaan Beton Pracetak Pada Saluran Irigasi)

Demikianlah penjelasan Spesifikasi Teknik Beton Pracetak Untuk Lining Saluran Irigasi. Semoga bermanfaat. Terimah kasih.
Baca Artikel...