Showing posts with label Jembatan. Show all posts
Showing posts with label Jembatan. Show all posts

Penyelidikan Tanah Untuk Perencanaan Jembatan

Pekerjaan penyelidikan tanah untuk suatu pekerjaan seperti di bangunan Gedung, jalan maupun di jembatan sangatlah penting. Lingkup pekerjaan Penyelidikan Tanah untuk perencaan Jembatan meliputi pengujian kedalaman tanah keras dan kondisi tanah eksisting. Pelaksaan penyelidikan tanah di lapangan/lokasi dengan menggunakan peralatan yang lazim digunakan untuk penyelidikan tanah. Adapun peralatan yang digunakan adalah Bor Mesin dan sondir 2,5 ton.


Perencanaan Jembatan



Proses tahapan yang dilakukan dalam penyelidikan tanah untuk perencanaan jembatan meliputi yaitu : 

1.Penyelidikan Lapangan;

2.Penyelidilan Tanah di laboratorium; dan 

3.Analisa Data.   

Penyelidikan lapangan terdiri dari pekerjaan Sondir dan Bor Mesin, yang dilakukan pada titik rencana lokasi abutment dan pier rencana jembatan. Setelah selesai penyelidikan tanah di lapangan, selanjutnya dilakukan tes tanah di laboratorium. Hasil tes laboratorium di sajikan dalam hasil data laboratorium. Langka terakhir yaitu menganalisa data. 

Dengan Analisa Data, maka hasil penelitian tanah akan dipergunakan sebagai dasar penentuan type dan kedalaman pondasi bangunan jembatan. Selain itu juga dipergunakan sebagai dasar penentuan bangunan penguat bibir sungai dan talud, apabila diperlukan.(hasil Input yaitu : Data dan Grafik).

Tahapan dari penyelidikan lapangan, hasil tes laboratorium dan analisa data disajian dalam bentuk laporan. Laporan ini berisi tentang sifat teknis dari lapisan tanah, rekomendasi untuk sistem pondasi dan mungkin solusi untuk masalah geoteknik di lokasi pekerjaan tersebut.

Tujuan dari Penyelidikan tanah ini yaitu untuk mengevaluasi kondisi lapisan tanah yang ada di lokasi dan mengetahui letak kedalaman tanah keras serta untuk mendapatkan data parameter tanah yang sangat diperlukan sebagai dasar perhitungan dalam perencanaan pondasi dan desain bangunan di lokasi.

1. Pengujian Lapangan

Penyelidikan tanah dilapangan meliputi pengujian menggunakan alat Bor Dalam L Max = 30 dan alat Sondir (CPT). Pengambilan contoh tanah dilapangan untuk lokasi berapa jumlah titik ditentukan. Selanjutnya setelah pada titik tersebut diujibor untuk dilakukan pengambilan contoh tanah undisturbed dan contoh tanah disturbed. Langka berikutnya contoh tanah hasil dari lapangan tersebut dibawah ke laboratorium untuk dilakukan pengujian.

2. Pengujian Laboratorium

Contoh tanah undisturbed dan contoh disturbed yang didapat dari pengeboran di lapangan selanjutnya diuji di laboratorium. Dari pengujian di laboratorium tersebut didapatkan nilai index propertis dan Nilai Parameter Mekanika Tanah.

Pengujian contoh tanah yang dilakukan di laboratorium mengikuti standard ASTM yang meliputi :

 A. Indeks Properties yaitu :

    1) Berat isi tanah (γ) dalam kondisi asli dan kering (Natural Dencity) (ASTM D2937-72)

    2) Spesific Gravity (Gs) (ASTM D854-92)

    3) Kadar air asli (Water Content) (ω) (ASTM D256-86)


B. Atterberg Limit Test yang terdiri dari : (ASTM D424-66)

    1) Batas Cair (LL), Batas Plastis (PL), Indeks Plastis (PI)

C. Analisis saringan dan Hidrometer (ASTM D4318-95a dan ASTM C422-72)

D. Enginering Properties

    1) Direct Shear

    2) Unconefied

    3) Konsolidasi

    4)Triaxsial


3.Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan beberapa software komputer yang lazim digunakan.  Data hasil pengujian menggunakan bor mesin disajikan dalam bentuk boring log. Data hasil pengujian sondir disajikan dalam bentuk tabel dan bentuk kurva hubungan kedalaman dengan nilai konus, q c dan nilai kumulatif total friksi.


PENGUJIAN DI LABORATORIUM

A. Pengujian Tanah Menggunakan Bor Mesin

Data hasil pengujian tanah dengan menggunakan bor mesin diperoleh nilai Standar Penetration Test  (SPT) yang hasilnya disajikan dalam bentuk boring log.

Contoh tanah undisturbed dan contoh disturbed yang diperoleh dari pengeboran di lapangan selanjutnya diuji di laboratorium. Dari pengujian di laboratorium tersebut didapatkan nilai index propertis, batas-batas Atterberg, nilai C c , nilai kohesi (c), nilai unconfined compressive strength (q u ).


B. Evaluasi Karakteristik Lapisan Tanah di Lokasi (Bor Dalam)

Evaluasi kondisi lapisan tanah di lokasi yang dilakukan berdasarkan data hasil uji Bor dalam diperoleh nilai SPT (Standart Penetration Test) atau Nilai Nspt . Dengan mempelajari kurva hubungan nilai Nspt dan kedalamannya didapatkan adanya beberapa kondisi dan jenis lapisan-lapisan tanah.

Dalam analisis ini lapisan tanah dibagi menjadi beberapa lapisan dimana masing-masing lapisan memiliki batasan nilai Nspt yang tertentu. Berdasarkan data hasil uji bor dalam selanjutnya dapat diperkirakan karakteristik lapisan tanah yang ada di lokasi pengujian.

Lapisan tanah tersebut dapat dikelompokan berdasarkan nilai rata-rata N spt -nya yaitu :

  1.Nspt < 2 merupakan representasi dari tanah Sangat lunak (very soft)

  2.Nspt 2 - 4 merupakan representasi dari tanah lunak (soft)

  3.Nspt 4 - 8 merupakan representasi lapisan tanah sedang (medium stiff)

  4.Nspt 8 - 15 merupakan representasi lapisan tanah kaku (stiff)

  5.Nspt 15 - 30 merupakan representasi lapisan tanah sangat kaku (very stiff)

  6.untuk Nspt rata-rata > 30 representasi lapisan tanah Padat (Keras)/ Hard


Hubungan Antara Konsistensi, Tegangan geser uncofined dari Lempung dan Nilai N (Terzaghi)



Jenis Tanah Bedasarkan SNI 1726-2002 Atau UBC 97




C. Pengujian Sondir

Data hasil pengujian sondir disajikan dalam bentuk tabel serta dalam bentuk kurva hubungan kedalaman dengan nilai konus, q c dan nilai kumulatif total friksi. Hasil pengujian titik sondir kedalaman maksimum yang dapat dicapai dapat dilihat pada contoh dibawah ini.



Contoh Ringkasan Hasil Uji Sondir Ringan



D. Evaluasi Karakteristik Lapisan Tanah di Lokasi (Pekerjaan Sondir)

Evaluasi kondisi lapisan tanah di lokasi yang dilakukan berdasarkan data hasil uji sondir dengan  mempelajari kurva hubungan nilai qc dan kedalamannya didapatkan adanya beberapa kondisi dan jenis lapisan-lapisan tanah. Dalam analisis ini lapisan tanah dibagi menjadi beberapa lapisan dimana masing-masing lapisan memiliki batasan nilai qc yang tertentu.

Berdasarkan data hasil uji sondir selanjutnya dapat diperkirakan karakteristik lapisan tanah yang ada di lokasi pengujian. 
Lapisan tanah tersebut dapat dikelompokan berdasarkan nilai rata-rata qc-nya yaitu :
  1. 0 – 5 kg/cm2 representasi lapisan dari tanah Sangat lunak (very soft)
  2. 5 – 10 kg/cm2 representasi lapisan tanah lunak (soft)
  3. 10 – 30 kg/cm2 representasi lapisan tanah sedang (medium stiff)
  4. 30 –50 kg/cm2 merupakan tanah kaku (stiff)
  5. 50–100 kg/cm2 merupakan representasi tanah sangat kaku (very stiff)
  6. untuk qc rata-rata > 100 kg/cm2 merupakan lapisan tanah Padat/keras (hard).

Demikianlah penjelasan tentang pekerjaan penyelidikan tanah untuk perencanaan jembatan. Semoga bermanfaat, terimah kasih.
Baca Artikel...

Perencanaan Teknik DED Jembatan

Pengertian jembatan secara umum yaitu suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan atau struktur penghubung transportasi yang terputus akibat adanya rintangan-rintangan seperti alur sungai, lembah yang dalam, jalan raya, jalan kereta api dan saluran irigasi. 

DED Jembatan

Pelaksanaan Perencanaan Teknik DED Jembatan harus dilaksanakan oleh Konsultan yang berkompeten agar dihasilkan laporan Data yang teliti dan Desain Gambar yang akurat  serta diharapkan hasil dari perencanaan jembatan dapat menjadi acuan pembangunan oleh Dinas terkait. 

Prinsip yang harus diperhatikan oleh konsultan pada saat pelaksanaan perencanaan Teknik DED Jembatan antara lain :

1. Konsultan Perencana bertanggung jawab penuh pada hasil perencanaannya, termasuk apabila menggunakan produk   standar suatu komponen struktur jembatan yang dibuat pihak lain, kecuali bila dapat menunjukkan sertifikat   kelayakan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang di bidang jembatan untuk komponen tersebut. Pertanggung jawaban harus dinyatakan dengan cara menandatangani setiap lembar gambar rencana dan setiap dokumen pelaporan perhitungan atau analisis yang mendukungnya.

2. Hasil perencanaan dan perhitungan harus disetujui dan disahkan oleh instansi yang berwenang,  seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah. Bila perlu dapat dimintakan untuk diteliti banding atau diverifikasi oleh pihak ketiga yang independen, sebelum dilakukan persetujuan dan pengesahan oleh instansi yang berkompeten.

3. Konsultan Perencana mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kriteria perencanaan

4. Perencanaan harus memperhatikan rencana tata guna lahan di lokasi rencana jembatan, beserta kendala alinyemen dan kendala lintasan di bawahnya, agar didapat suatu hasil rancangan geometrik, bentuk dan cara pelaksanaan konstruksi yang optimal.

5. Perencanaan harus berdasarkan hasil survey dan penyelidikan, yang memberikan informasi yang  jelas dan akurat mengenai kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, dan kondisi teknis lainnya yang mendasari kriteria perencanaan. 

6. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan jembatan yaitu harus memperhatikan      ketersediaan material dan peralatan di sekitar lokasi jembatan agar diperoleh rancangan jembatan yang praktis dan ekonomis. 

Secara garis besar Perencanaan jembatan di pengaruhi oleh : 

a. Kondisi Geometrik Lintasan Jembatan

b. Kondisi Geologi Lintasan Jembatan

c. Kondisi Hidrologi Lintasan Jembatan

d. Umur Rencana Jembatan

e. Beban Lalu-lintas Rencana Jembatan.

f. Kondisi cuaca dan angin lokasi jembatan.

g. Daerah gempa lokasi jembatan.

h. Estetika jembatan (bila di perlukan/jembatan tengah kota)


STRUKTUR JEMBATAN

Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu Struktur Atas (Superstructures) ,Struktur Bawah (Substructures) dan Pondasi.

A. Struktur Atas Jembatan meliputi :

    1. Trotoar :

        a. Sandaran dan tiang sandaran 

        b. Peninggian trotoar (Kerb)

        c. Slab lantai trotoar

    2. Slab lantai kendaraan

    3. Gelagar (Girder)

    4. Balok diafragma

    5. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)

    6. Tumpuan (Bearing)


B. Struktur Bawah Jembatan meliputi :

    1. Pangkal Jembatan (Abutment)

       a. Dinding belakang (Back wall)

       b. Dinding penahan (Breast wall)

       c. Dinding sayap (Wing wall)

       d. Oprit, plat injak (Approach slab)

       e. Konsol pendek untuk jacking (Corbel)

       f. Tumpuan (Bearing)

2. Pilar Jembatan (Pier)

    a. Kepala pilar (Pier Head)

    b. Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,

    c. Konsol pendek untuk jacking (Corbel)

    d. Tumpuan (Bearing)

3. Pondasi

    Berdasarkan sistimnya, pondasi Abutment atau Pier jembatan dapat dibedakan menjadi 

    beberapa macam jenis, antara lain :

    1. Pondasi telapak (spread footing)

    2. Pondasi sumuran (caisson)

    3. Pondasi tiang (pile foundation)

       a. Tiang pancang kayu (Log Pile)

       b. Tiang pancang baja (Steel Pile)

       c. Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile)

       d. Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile), spun pile,

       e. Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile.

       f. Tiang pancang komposit (Compossite Pile)


Pokok-Pokok Perencanaan

Perencanaan jembatan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural yang diizinkan, yaitu Rencana Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas (Limit State). Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat untuk suatu lokasi tertentu adalah yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan berikut ini :

1. Kekuatan dan stabilitas struktur

2. Kenyamanan bagi pengguna jembatan

3. Ekonomis

4. Keawetan dan kelayakan jangka panjang

5. Kemudahan pemeliharaan

6. Estetika


Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal Untuk memenuhi pokok-pokok perencanaan tersebut, persyaratan dalam perencanaan harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan Peraturan perencanaan Jembatan BMS ’92 sebagai berikut :

1. Persyaratan umum perencanaan

2. Persyaratan Analisa Struktur

3. Persyaratan Perencanaan Pondasi

4. Persyaratan Perencanaan Elemen Struktur Jembatan


Agar tingkat standar kualitas perencanaan tertentu sesuai persyaratan dapat dicapai, maka panduan atau Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92 harus menjadi pegangan dalam menetapkan :

1. Metodologi Perencanaan

2. Pemilihan dan Perencanaan Struktur Jembatan

3. Perencanaan Elemen Struktur Jembatan

4. Perencanaan Pondasi, Dinding Penahan Tanah dan Slope Protection dan lain sebagainya


Dalam perencanaan jembatan ada beberapa kriteria-kriterian yang harus dilaksanakan antara lain :

1. Peraturan-peraturan yang di pergunakan

2. Mutu material yang dipergunakan

3. Metode dan Asumsi pada perhitungan

4. Metode pengumpulan data lapangan

5. Metode dan asumsi dalam menentukan tipe struktur jembatan yaitu struktur atas, struktur bawah 

    dan pondasi.

6. Metode pengujian pondasi

7. Program komputer yang dipergunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentuk 

    bench mark terhadap contoh studi.


Peraturan-Peraturan Perencanaan Jembatan 

Peraturan-Peraturan yang digunakan pada saat pelaksanaan perencanaan teknik DED jembatan 

meliputi :

1. Perencanaan Struktur Jembatan 

    Konsultan Perencana dalam merencana jembatan harus mengacu kepada :

    a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92

    b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92

    c. Peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain:

       1. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI (Design Standard of Earthquake               Resistance of Bridges)

       2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya (SK.SNI T-14-1990-0.3)

       3. Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4

       4. Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI

       5. Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4

2. Perencanaan Jalan Pendekat/Oprit   

    Selain harus diperhitungkan struktur jembatan, konsultan perencana harus memperhitungkan 

    Jalan dan oprit jembatan, dimana peraturan harus mengacu kepada :

    a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)

    b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM/1997

    c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda Analisa

    d. Komponen SNI 1732-198


Demikianlah penjelasan tentang perencanaan teknik DED jembatan, semoga bermanfaat. Terimah kasih.

Baca Artikel...

Jenis Dan Struktur Jembatan

Jembatan secara umum dapat diartikan suatu konstruksi bangunan  dimana fungsinya untuk menghubungkan dua bagian yang terpisah oleh adanya alur sungai, kali, danau, saluran irigasi, lembah yang dalam, jalan kereta api dan jalan raya yang melintang.

Jenis Dan Struktur Jembatan





1. JENIS JEMBATAN
    Jenis jembatan dapat dibagi berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur, yaitu :

    a. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
       1.Jembatan jalan raya (highway bridge)
       2.Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
       3.Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

    b. Berdasarkan lokasi, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
       1.Jembatan di atas sungai atau danau,
       2.Jembatan di atas lembah,
       3.Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
       4.Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
       5.Jembatan di dermaga (jetty).

    c. Berdasarkan bahan konstruksi, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
       1.Jembatan kayu (log bridge),
       2.Jembatan beton (concrete bridge),
       3.Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
       4.Jembatan baja (steel bridge),
       5.Jembatan komposit (compossite bridge), gabungan dua jenis material, yaitu baja dan
          beton  secara bersama-sama memikul lentur dan geser.


Jembatan Rangka Baja

Jembatan rangka baja adalah jembatan yang menggunakan rangka batang baja sebagai konstruksi utamanya. Berdasarkan tipe struktur, khusus jembatan baja dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :

1. Jembatan gelagar I (rolled steel girder bridge), tersusun dari beberapa gelagar I canai panas,
    panjang bentang berkisar 10 meter sampai dengan 30 meter. Jembatan gelagar ini dapat bersifat   
     komposit atau non komposit, tergantung penggunaan penghubung geser (shear connector),
    juga tergantung kepada penggunaan bahan untuk lantai jembatan misal dari kayu (jembatan
    konvensional) atau beton.

2. Jembatan gelagar pelat (plate girder bridge), atau sering juga disebut jembatan dinding penuh,
    tersusun dari 2 (dua) atau lebih gelagar, yang terbuat dari pelat-pelat baja dan baja siku yang
    diikat dengan paku keling atau di las. Panjang bentang berkisar 30 meter sampai dengan 90 meter.

3. Jembatan gelagar kotak (box girder bridge), terbuat dari pelat-pelat berbentuk kotak empat persegi
    atau berbentuk trapesium, umumnya digunakan dengan panjang bentang 30 meter sampai dengan        60 meter. Jembatan gelagar kotak (box girder bridge) dapat terdiri dari gelagar kotak tunggal
    maupun tersusun dari beberapa gelagar.

4. Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang dihubungkan satu sama lain              dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las. Batang-batang rangka ini hanya
    memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang            memikul gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya lintang.

Tipe-tipe jembatan rangka seperti terlihat dalam gambar berikut:


Tipe-Tipe Jembatan Rangka


5. Jembatan Pelengkung (Arch Bridge)
6. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
7. Jembatan Struktur Kabel (Cable Stayed Bridge)

Poto dari Jembatan Pelengkung dan jembatan struktur kabel dapat dilihat dibawah ini.

Jembatan Musi II Palembang - Sumatera Selatan

Jembatan Musi IV Palembang - Sumatera Selatan









2. STRUKTUR JEMBATAN
    Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu .
    a. Struktur Atas (Superstructures)
    b. Struktur Bawah (Substructures) dan
    c. Pondasi.

     A. Struktur Atas.
          Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat            sendiri, beban mati,  beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban
          pejalan kaki, dll.
          Struktur Atas Jembatan antara lain :
          1. Trotoar :
               a.Sandaran dan tiang sandaran
               b.Peninggian trotoar (Kerb)
               c.Slab lantai trotoar
          2. Slab lantai kendaraan
          3. Gelagar (Girder)
          4. Balok diafragma
          5. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)
          6. Tumpuan (Bearing)


    B. Struktur Bawah.
         Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang               ditimbulkan oleh tekanan tanah,   aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan   
         untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh
         fondasi ke tanah dasar.
         Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
         1. Pangkal Jembatan (Abutment)
            a. Dinding belakang (Back wall)
            b. Dinding penahan (Breast wall)
            c. Dinding sayap (Wing wall)
            d. Oprit, plat injak (Approach slab)
            e. Konsol pendek untuk jacking (Corbel)
            f. Tumpuan (Bearing)

         2. Pilar Jembatan (Pier)
             a.Kepala pilar (Pier Head)
             b.Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
             c.Konsol pendek untuk jacking (Corbel)
             d.Tumpuan (Bearing)

     C. Pondasi
           Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
           Berdasarkan sistimnya, pondasi Abutment atau Pier jembatan dapat dibedakan menjadi   
           beberapa macam jenis, antara lain :
           1. Pondasi telapak (spread footing)
           2. Pondasi sumuran (caisson)
           3. Pondasi tiang (pile foundation)
               a.Tiang pancang kayu (Log Pile)
               b.Tiang pancang baja (Steel Pile)
               c.Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile)
               d.Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile), spun pile,
               e.Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile.
               f.Tiang pancang komposit (Compossite Pile)

Demikianlah penjelasan singkat tentang jenis dan struktur jembatan, semoga bermanfaat terimah kasih.
Baca Artikel...

Proses Pelaksanaan Stressing PCI Girder Pada Jembatan

Pekerjaan Stressing Balok Girder

Tahap - tahap proses pekerjaan Stressing balok girder adalah sebagai berikut :
1. Install Strand
Instalasi Strand dipilih cara yang paling efisien dan ekonomis. Untuk simple girder biasanya digunakan dengan cara manual karena girder tersebut relatif pendek. Strand yang keluar dari angkur dan belum distressing atau sebagian telah distressing, untuk waktu lebih dari 3 minggu, sebaiknya ujung kawat untaian yang terbuka tersebut diberi pembungkus untuk melindungi korosi dan untuk pengaman dari kerusakan lain.

Pekerjaan pemasangan stressing balok girder pada jembatan dengan cara Install Strand
                                                        Gambar 1. Install Strand

2. Pemasangan Wedge Plate
Wedge Plate dipasang setelah instalasi strand selesai dan segera akan dilakukan stressing. Wedge Plate dikirim ke site dengan material pencegah karat, misalnya dilumuri sejenis minyak/oli.
Persiapan pemasangan wedge plate adalah :
-  Buka pelindung strand di bagian ujung.
-  Periksa panjang stressing
-  Stressing lenght harus bersih dan serpihan beton yang akan menghalangi masuknya strand ke dalam wedge plate.
-  Posisi strand tidak boleh saling bersilangan yang dapat mengakibatkan strand terjepit waktu stressing.

Pekerjaan pemasangan wedge plate

                                                       Gambar 2. Pemasangan Wedge Plate

3.Pemasangan Wedges/baji
Wedges dipasang sesaat sebelum dilakukan pekerjaan stressing. Prosedur yang dipakai untuk pemasangan wedges pada wedge plate:
a. Tekan wedge plate sampai menyentuh casting
b. Tékan wedges dengan tangan ke dalam lubang wedge plate
c. Kencangkan posisi wedge dengan memukul wedges biasanya menggunakan pipa besi.

Pekerjaan pemasangan Wadges Plate dan Wedges/Baji
                                           Gambar 3. Wadges Plate dan Wadges/Baji

 Penting : setelah wedge plate dan wedges terpasang, periksa semua wedges   telah terpasang dengan baik dan tidak ada yang kendur.

4. Proses Stressing Balok Girder
Struktur beton balok girder yang akan distresssing harus mencapai minimum kuat tekan karakteristik yang disyaratkan oleh konsultan perencana yaitu Kelas A-1 (K-450).

Stressing dilakukan atas perintah penyedia jasa dan dengan persetujuan konsultan pengawas. Sebelum dilakukan stressing sub-penyedia jasa pekerjaaan prestressing harus mangajukan perhitungan elongasi dan jacking force untuk mendapat persetujuan konsultan pengawas sebagai acuan untuk pelaksanaan. Selama pelaksanaan stressing harus dihadari oleh direksi atau wakilnya.

Stressing harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang baik terhadap alat-alat yang digunakan. Kabel harus ditarik pada ujung dan gaya jack yang ditentukan oleh gambar kerja atau instruksi direksi. Tidak boleh ada kabel yang di tarik sebagian, lalu ditinggalkan kecuali atas petunjuk gambar kerja atau direksi.

Tegangan pada kabel harus diukur dari perpanjangan kawat untaian (elongasi) dan selama proses penarikan dapat dikendalikan dengan pembacaan alat ukur tekanan. Alat ukur tekanan menunjukkan gaya yang telah diberikan ke tendon sementara elongasi berfungsi scbagai counter check. Elongasi yang terjadi harus berada dalam interval yang dlijinkan yaitu antara -7% sampai +7% (sesuai ACT 318 psl 18.18 dan SK SNI T- 15.1991 psl. 3.1 1.1 8).

Apabila hasil stressing yang dilakukan tidak memenuhi toleransi yang disyaratkan, hal-hal yang harus dilakukan adalah:
a.Jika basil elongasi secara grafis masih lebih besar dan +7%, maka dilakukan lift-off atau memeriksa gaya yang bekerja pada angkur kemudian dibandingkan dengan gaya angkur hasil perhitungan. Jika masih belum memenuhi maka harus di release dan dilakukan penarikan ulang.
b.Jika hasil elongasi secara grafis lebih kecil dari -7%, maka dilakukan penarikan tambahan sampai batas gaya jacking force yang disyaratkan

Tahap – tahap pekerjaan stressing metode DSI
a. Pasang Jack force dengan perlengkapanya;
b. Nyalakan jack  force, hal ini menandakan dimulai proses stressing;
c. Proses pengukuran perpanjangan strand dimulai pada pressure 50 MPa,
d. Tiap kelipatan 50 MPa ukur perpanjangan strand;
e. Pada pressure 150 MPa di ceck beda panjang strand gunanya untuk kontrol;
f. Pressure strand dengan jack force sampai 382,60 MPa. Pressure 382,60 MPa
   didapat dari data dan perhitungan sub penyedia jasa sebelum melaksanakan pekerjaan stressing balok girder;
g. Setelah semua selesai baru hitung elongasi dari tiap lubang girder;
h. Lanjutkan urutan seperti diatas pada lubang girder lainya.

Proses Stressing Balok Girder
                                         Gambar 4. Proses Stressing Balok Girder

Demikianlah Proses Pelaksanaan Stressing PCI Balok Girder Pada Jembatan. Semoga bermanfaat.

Sumber : http://wishnewtech.blogspot.co.id/2014/09/proses-pelaksanaan-stressing-pci-girder.html


Baca Artikel...

Cara Mencari Persentase Bobot Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, item pekerjaan yang terdapat di dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) sangat diperlukan guna mengetahui apa saja yang dikerjakan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan baik di dalam proyek Pemerintah maupun pada proyek swasta, dimana di dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) itulah pedoman kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.

persentase bobot pekerjaan sebagai acuan untuk perhitungan progres mingguan
Didalam Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) terdapat item pekerjaan, satuan pekerjaan, volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan dan jumlah harga satuan pekerjaan. Pekerjaan konstruksi baik di Pemerintahan dan swasta biasanya selalu terdapat Struktur Organisasi Proyek. Mulai dari struktur paling atas yaitu Project Maneger ( PM ) atau di Pemerintahan struktur paling atas yaitu General Superitendent ( GS ). Dibawah dari Project Maneger  dan General Superitendent  terdapat Supervisor atau Site Manager ( SM ) dan Pelaksana Lapangan. Sampai pada struktur paling bawah biasanya ada bagian logistik dan administasi.
Seiring berjalannya pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terutama kontraktor yang bergerak di bidang Pemerintahan waktu pelaksanaan pekerjaan telah ditetapkan apakah kontrak pekerjaan 4 bulan, 5 bulan, 6 bulan dan kontrak tahun jamak selama 2 tahun pelaksanaan pekerjaan.

Selama pelaksana pekerjaan dilapangan kontraktor harus menghitung Progres fisik di lapangan. Sebelum menghitung Progres fisik di lapangan kontraktor harus  membuat Bobot (%) item pekerjaan yang terdapat di dalam Rencana Anggaran Biaya ( RAB ). Bobot ( % ) item pekerjaan ini harus dicari baik anda sebagai Project Manager, General Superitendent, Supervisor, Site Manager atau Pelaksana lapangan yang mana nantinya bobot ( % ) ini lah yang akan di jadikan untuk menghitung Porgres fisik mingguan di lapangan.

Pada kesempatan yang baik ini saya akan menjelaskan bagaimana cara mencari persentase bobot ( % ) per item pekerjaan.  Dalam mencari persentase bobot ( % ) per item pekerjaan sangat mudah apalagi Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) telah ada. Program yang dipakai biasanya adalah Microsoft Office Excel.

Rumus yang dipakai untuk mencari persentase bobot ( % ) adalah :

Bobot ( % ) =Jumlah harga Satuan (per item pekerjaan) dibagi total seluruh item pekerjaan sebelum PPn di kali 100 %.

Salah satu contoh yaitu item pekerjaan : Divisi 2. Drainase

2.1  Galian untuk Selokan, Drainase dan Saluran Air   -----> Rp.      17.369.125,00

Nilai Jumlah harga Satuan di dapat dari perkalian yaitu Volume dikali harga satuan.
Dari contoh ini Volume item pekerjaan Galian untuk Selokan, Drainase dan Saluran Air adalah 245,50 M3.

Nilai harga satuan adalah Rp. 70.750.

Jadi : 245,50 M3 x Rp. 70.750 = Rp. 17.369.125,00

Lihat pada sreenshot dibawah ini.

Volume dikali Harga satuan sama dengan Jumlah harga satuan


Setelah didapat Jumlah Harga Satuan langka selanjutnya adalah dengan menjumlahkan seluruh item pekerjaan, sehingga didapat Total Jumlah Harga Satuan. Tampak pada sreenshot disebelah kiri.

dengan menjumlahkan seluruh item pekerjaan didapat total nilai seluruh harga satuan


Sekarang tinggal mencari Bobot ( % ) sesuai Rumus diatas dengan item pekerjaan :
2.1  Galian untuk Selokan, Drainase dan Saluran Air   -----> Rp.       17.369.125,00
Total seluruh item pekerjaan sebelum PPn                   -----> Rp.  2.751.709.401,16
Jadi :

Rp. 17.369.125,00
------------------------------ x 100
Rp. 2.751.709.401,16
= 0,631 %

Lihat pada sreenshot dibawah ini.

bobot (%) sama dengan jumlah harga satuan dibagi total harga satuan dikali 100%


Setelah didapat Bobot ( % ) per item pekerjaan, selanjutnya jumlahkan seluruh Bobot (%) per item pekerjaan, maka hasil Bobot (%) adalah 100 %.

Tampak pada sreenshot dibawah ini.

Jumlah seluruh bobot (%) per item pekerjaan di dapat bobot (%) adalah 100 %


Demikianlah artikel cara mencari persentase bobot pekerjaan, semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang bekerja di kontraktor atau konsultan.
Baca Artikel...

Metoda Pemasangan Jembatan Rangka

Pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka merupakan suatu langka pertama yang perlu diperhatikan dengan serius dan telitih, karena ini menyangkut kelangsungan lancarnya roda pelaksanaan pemasangan rangka jembatan, apakah pemasangan tersebut ccocok dengan sistem yang telah di pilih disesuaikan dengan keadaan alam pada lokasi proyek tersebut.

Pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka
Pada umumnya metoda pemasangan jembatan rangka baja terdiri dari :
1.Metoda pemasangan perancah penuh
2.Metoda pemasangan Cantilever
3.Metoda pemasangan Semi Cantilever (gabungan perancah dan Cantilever)
4.Metoda pemasangan Peluncuran

Dalam pemilihan metoda pemasangan seperti pemasangan dengan perancah penuh, cantilever, semi cantilever dan peluncuran, tentunya perlu melihat beberapa alternatif dari kondisi sungai dimana akan dibangun jembatan rangka tersebut.
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pada waktu menentukan cara pemasangan jembatan rangka, yaitu :
1. Kondisi sungai dimana akan dibangun jembatan, data yang harus dikumpulkan yaitu lebar sungai, aliran sungai berarus deras, kedalam sungai, apakah sungai mengandung batu karang, berpasir, berlumpur dan sebagainya.
2. Akses jalan atau daerah menuju sekitar jembatan, lurus, rata, berkelok, miring, tingi, rendah, berada dalam galian, apakah diatas suatu tumbunan dan sebagainya.
3. Tenaga kerja, peralatan dan sumber-sumber setempat dalam daerah yang bersangkutan apah tersediah.
4. Akses untuk mencapai ke lokasi dimana akan dibangun jembatan untuk pengangkutan material, bahan dan peralatan, apakah ditempuh lewat darat, sungai atau udara.

 Kriteria-kriteria sebagai bahan pertimbangan pemilihan metoda pemasangan jembatan rangka baja antara lain :
1.Metoda Pemasangan Perancah Penuh
Sistem Perancah Penuh sesuai dengan kondisi sungai sebagai berikut:
a. Mempunyai dasar berpasir atau terdiri dari lempung, hal ini akan memudahkan pemasangan alat penyangga.
b. Dangkal, keadaan ini akan membatasi ukuran tinggi bahan penyangga itu sendiri.
c. Struktur bagian bawah jembatan itu tidak terlalu tinggi diatas air yang tinggi, hal ini akan membatasi ukuran tinggi dari bahan penyangga itu sampai seminimal mungkin.
d. Mempunyai arus deras, hal ini akan mengurangi gaya-gaya mendatar terhadap penyangga tersebut.
e. Bebas dari benda-benda hayutan, hal ini akan menjaga kemungkinan perancah tidak rusak dan ambruk.

2.Metoda Pemasangan Cantilever
Sistem Perancah Penuh sesuai dengan kondisi sungai sebagai berikut:
a. Mempunyai dasar lumpur yang dalam, diperlukan bahan-bahan yang panjang (tinggi) serta kemungkinan amblas
b. Dasar sungai yang mempunyai bongkahan batu yang besar-besar.
c. Mempunyai arus deras, bahan-bahan penyangga harus dapat menahan gaya yang besar yang dapat menyebabkan penyangga roboh.
d. Jembatan berada pada sungai-sungai yang sempit tetapi dalam, sehingga diperlukan penyangga yang tinggi.

3. Metoda Pemasangan Semi Cantilever
Metoda Semi cantilever memerlukan syarat dengan kondisi sungai gabungan metoda 1 dan 2.

4.    Metoda Pemasangan Peluncuran ( Launching System)
Metoda dengan peluncuran penuh tidak memerlukan kondisi sungai yang mempunyai syarat seperti pada metoda Perancah dan Cantilever, tetapi dalam pelaksanaannya metoda ini memerlukan area atau lokasi jalan yang lurus dan panjang karena jembatan rangka tersebut harus dirakit didaratan, baik rangka permanen maupun rangka sebagai pemberat ( Counter Weigh ) yang kemudian ditarik atau didorong menyebrang sungai pada as jalan yang telah ditentukan. Sistem ini boleh dikatakan tidak digunakan dikarenakan dari segi biaya terlalu mahal dimana diperlukan suatu landasan beriupa jalur rel yang dibuat dari beton serta perlunya pemadatan tanah untuk pondasi landasan tersebut.
Demikianlah penjelasan mengenai metoda pemasangan jembatan rangka. Semoga artikel ini dapat menjadi referensi kita semua.
Baca Artikel...